[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Dilarang plagiat!]
⚠Warning : Sexual violence, physical abuse, suicide, gasligthing, abusive words, mature content, and something about sexual.⚠
R1...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️Warning : Part ini mengandung unsur dewasa seperti kata-kata vulgar, kelainan seksual, seks, kekerasan; sadis dan lain-lainnya⛔
Meliani menunggu dengan jantung yang berdebar, matanya terus memandang ke arah jendela memantau pekarangan rumahnya, menantikan sosok yang sudah lama ingin dia temui. Kedua matanya menangkap sebuah mobil tiba di depan gerbang rumahnya, Meliani menyinggung senyuman di wajahnya.
"Datang kepadaku, Rakri." gumam Meliani kesenangan dalam dirinya.
WiH?
Rakri memandang keluar jendela melihat gerbang tinggi di sampingnya, rasa gugup sekaligus takut masih terbesit dalam dirinya. Bayangan Meliani yang menyambutnya dengan senyuman menjijikan yang pernah dia lihat membuat bulu kuduknya berdiri.
Sheyna menatap ke arah Rakri, perlahan dia menepuk bahu pria itu membuatnya mengalihkan perhatiannya. Rakri menoleh padanya dengan raut wajah yang rumit dijabarkan, jelas pria itu sedang menahan rasa takut sekaligus emosi negatif dalam dirinya.
"Ingat, Rakri. Kau tidak boleh membunuhnya, jangan lakukan apapun karena aku akan datang di waktu yang tepat." peringat Sheyna membuat Rakri mengangguk patuh. Sheyna memandang netra coklat tersebut mencoba percaya, sebab dia tidak bisa menghapus keraguan dalam dirinya.
Begitu juga dia tidak bisa mencegah tindakan Rakri jika saja pria tersebut tiba-tiba membunuh Meliani.
"Kalau begitu pergilah, aku akan menyelamatkanmu kali ini, Rakri." ucap Sheyna membuat pupil mata Rakri bergetar kecil, dia tidak mengucapkan sepatah kata membalas perkataannya dan hanya mengangguk sebagai jawaban.
Rakri keluar dari mobil dengan jantung yang berdebar, gerbang di hadapannya terbuka otomatis seolah mengetahui kedatangannya. Rakri melangkahkan kakinya masuk ke perkarangan rumah tersebut, sedangkan mobil Sheyna melaju pergi sesuai perjanjiannya.
Sekilas Rakri menoleh ke belakang, lalu dia kembali melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Kurang dari lima langkah, pintu besar rumah tersebut terbuka lebar menampakkan sosok Meliani yang tengah berdiri menyambutnya dengan senyuman miring.
Bulu kuduk Rakri berdiri tanpa dia sadari, rasa ngeri menyelimuti dirinya, kenangan pemaksaan berhubungan seksual dengan Meliani serta kalimat-kalimat kejam yang terlontar dari bibir tipis itu tergiang-giang dalam pikirannya.
Rakri mengepalkan tangannya mencoba merendam berbagai emosi dalam dirinya, menaikkan dagunya berusaha tegar berhadapan dengan salah satu targetnya.
"Selamat datang, Rakri. Akhirnya kau sendiri yang ingin menemuiku, apa kau merindukanku?" tanya Meliani dengan seringai di wajahnya.
Rakri menatapnya datar penuh rasa jijik, "Mati saja dalam ilusimu, Meliani."
Senyuman Meliani semakin melebar mendengar umpatan yang keluar dari bibirnya, dia menggeser tubuhnya mempersilahkan pria itu untuk masuk. Namun sebelum Rakri berhasil menapakkan kakinya tepat melewati pintu rumah, dua pria bertubuh besar menahan kedua tangannya.