*Halcyon: (adj.) denoting a period of time in the past that was idyllically happy and peaceful.
Goodzilla Graphic House, Jakarta
Evita turun dari mobil Ari di driveway gedung kantor Juno dengan tas kertas besar di tangannya.
"Kabarin, ya besok pagi. Lo share location aja nanti langsung gue jemput."
"Iya, bawel. Udah berapa kali lo bilang."
"Takut lo nggak balik lagi abisnya."
"Gue pengennya, sih gitu tapi nyokap gue pasang mata-mata di mana-mana." Evita terkekeh.
"Dan Dannisa bakal ngamuk kalo kita tinggal sendiri."
"Dia, kan udah ambil cutinya tiga hari kemarin. Kita juga, dong."
Ari mendesah, "secara teknis cutinya masih nyisa satu hari lagi. Lo pikir kita kasih Hanan kerjaan terlalu berat nggak, sih, sampe pas liburan pun dia sakit? Orang yang kita hire belum cukup atau gimana menurut lo?"
"Nggak paham gue juga. Kita obrolin ini lagi sepulangnya, ya." Buru-buru Evita mengakhiri topik itu, "gue kudu ke atas sekarang, nih. Mumpung masih ada sisa waktu istirahat Juno."
Segera Ari kembali melajukan mobilnya dan menghilang dari driveway.
***
"Hai, Baby?" Wajah Juno berbinar-binar ketika Evita melongokkan kepalanya di pintu ruang kantor Juno, "jadi sama Ari ke sini? Mana dia?"
"Barusan langsung ke apartemen Agnar. Nungguin Agnar pulang kantor. Kerjaan kamu udah selesai?" Evita melirik gelas tinggi kopi di atas meja kerja Juno di samping komputernya yang masih menyala.
"Udah. Ini aku lagi nungguin kamu. Kita ngobrol sambil makan aja, ya. Mau di mana?"
"Di sini juga oke, kok. Waktu break kamu sedikit lagi, kan?" Evita lalu duduk di sofa di sudut ruangan kecil itu dan meletakkan tas kertasnya yang berisi beberapa sampel undangan dan majalah-majalah pernikahan di meja kopi. Juno ikut duduk di sampingnya.
"Ari pulang hari ini?"
"Besok. She might has something planned with Agnar tonight," Evita mengangkat bahu. Senyumnya jahil.
"Kamu juga nginep di apartemen aku aja. Aku anterin belanja nanti sepulang ngantor terus kamu masakin aku, hmmm... apapun yang mau kamu masakin."
"Terus kamu ngapain?"
"Nonton."
"Nonton??"
"Nonton kamu masak maksudnya." Senyum Juno tidak kalah tengil.
Evita tertawa kecil, "mau aku juga gitu, Jun."
"Tapi?" Juno mendekatkan wajahnya pada Evita. Beberapa senti lagi bibir mereka bersentuhan.
"Tapi..."
Seseorang mengetuk pintu. Keduanya menghela napas antara lega dan kesal.
"Bentar, ya, Yang." Juno mendorong kaca matanya ke hidung kemudian kembali ke balik meja kerjanya, "Emil, ya? Masuk."
Seorang pria muda yang tampak canggung menghampiri meja Juno setelah mengucapkan salam yang singkat pada Evita.
"Mas," ujarnya pelan.
"Gol, kan? Kamu udah balik ke sini berarti gol, kan?" wajah Juno bersinar penuh harapan, "Vit, kamu tunggu sebentar, ya. Jangan ke mana-mana dulu."
Mendengarnya Evita tidak jadi beranjak dari duduknya. Dibukanya sebuah buku yang ia bawa, sebisa mungkin mengalihkan perhatian.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Sunday Morning
Romansa3 sahabat sepakat untuk meninggalkan hidup yang kacau dan memulai rencana ternekat dalam hidup mereka: membuka kedai kopi. Ari, gadis populer berjiwa bebas, Evita, sang hopeless romantic, dan Dannisa, si domba hitam keluarga, berjuang membangun bis...