(36) Friable

42 10 4
                                        

*Friable: (adj.) easily crumbled.


Sunday morning kembali dibuka Mei itu, seminggu setelah libur Lebaran mereka usai. Dannisa baru saja kembali dari mudiknya ke Yogyakarta yang menyiksanya berhari-hari. Kembali ke Sunday Morning sesungguhnya adalah pulangnya yang sejati sepadat apapun waktu yang ia miliki di sana.

Dannisa bahkan rindu pada Hanan dan sejuta kelakuannya. Ia pernah menelepon Hanan satu kali itu di tengah liburannya, di saat keluarga intinya yang sedang berkumpul di ruang tengah sementara dirinya sendiri kabur ke teras belakang. Bingung harus pergi ke mana karena ia tidak diizinkan keluar dan rumahnya terlalu menyesakkan.

"Keajaiban dunia yang baru ini? Atau ini ciri-ciri kiamat juga?" sahut Hanan tanpa Dannisa perlu berkata apa-apa.

"Hadiah dari jin botol, anggap aja."

"Ada apa? Tumben kasih saya hadiah."

"Saya perlu jin botol."

"Biar saya tebak. Untuk terbang ke sini?"

Tentu saja cuma itu yang Hanan pikir mesti dilakukannya, batin Dannisa ketika itu.

"Untuk lari dari kota ini."

"Consider it done!"

"Nggak usah, nggak usah. Nggak perlu kamu yang ngabulin, kok. Saya mintanya jin botol."

"Saya bisa jadi apapun. Cariin kamu jin botol juga bisa. Jadi jinnya pun bisa." Dannisa cuma tertawa kecil mendengarnya.

Setelah telepon pendek mereka, Dannisa semakin ingin pulang dan menemui anak itu, lebih dari keinginannya menemui Ari dan Evita.

Urusan perasaan itu memang gila, pikirnya.

Sabtu pagi yang gerah itu, Hanan melenggang masuk sewaktu Dannisa sedang menggosok permukaan kayu konter hingga mengilap. Ia agak terkejut dengan kedatangan Hanan yang terbilang tiba-tiba meskipun ia tahu sifnya akan mulai sebentar lagi. Cukup lama tak melihat Hanan membuatnya sedikit jengah ketika akhirnya harus berhadapan lagi dengan anak itu, hanya berdua pula.

"Saya ada kejutan!" ujar Hanan berapi-api, tanpa pembuka, kalimat pengantar atau sejenisnya.

"Jangan. Nggak usah. Terakhir kali kamu kasih saya kejutan, kamu harus ngiris-ngiris buku mahal, inget?"

Dannisa menyemprotkan cairan penggosok ke permukaan konter.

Hanan terbahak, "itu mendekati psychopathic, deh, saya ngaku. Nggak lagi-lagi."

"Apa lagi sekarang?"

"Saya tunggu di depan toko, ya. Senin pagi. 02.30."

"02.30? Setengah tiga pagi?? Nggak kurang malem?? Yang masuk akal dong, Nan..."

"Bisa dijamin kamu bakal nyesel seumur hidup kalo kamu nolak ini."

"Udah gila, ya?"

Hanan mengangguk ringan, "saya perlu orang yang bisa bikin saya waras lagi."

***

Aku tidak ingin melakukan ini.
Aku tidak mungkin melakukan ini.
Aku akan gagal.
Aku tidak bisa.
Aku sudah mencobanya dan aku tidak berhasil.

Itu terus yang bermain-main di kepala Evita sejak Juno memberitahunya bahwa ia diundang ke acara halal bihalal keluarga besar Juno dua minggu setelah Lebaran. Tidak cukup datang di hari pertama dan kedua Lebaran, ia juga harus hadir di acara yang lebih besar. Evita makin tidak tenang. Ini keluarga besar ditambah kerabat-kerabat jauh.

[END] Sunday MorningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang