"Beneran gapapa Noah ikut kamu?"
Gerald mengangguk mantap tanpa keraguan sedikit pun, "Dibilang gapapa, santai aja sayang, seratus persen pasti aku jagain anak kita." Tatapan Gerald juga sama mantapnya, menatap penuh keyakinan ke Anin.
Setelah mendengar itu Anin bukannya merasa tenang, justru sebaliknya. Wanita itu menatap lamat bayi di gendongannya, gak lama bergantian menatap Gerald yang mengumbar senyum padanya, detik-detik berikutnya Anin bolak-balik menatap Noah dan Gerald bergantian.
Kalimat Gerald malah buat Anin merasa ragu.
"Kenapa muka kamu sepet gitu sih?" Gerald maju hendak mengambil Noah dari Anin, "Aku bisa ngurus bayi, sayang, gak usah takut—kamu gak percaya sama aku?"
Anin menggeleng cepat, "Bukan gak percaya, aku lebih takut kayaknya dia bakal ngerepotin kamu gak sih?"
"Enggak," jawab Gerald sambil melemparkan senyum manis ke Noah, mengecupi pipi bulatnya menimbulkan kikikan geli bayi usia tujuh bulan itu, "Noah anak pinter, ikut ke kantor Papa jangan nakal ya?" jemari-jemari kecil itu berpegangan di kedua sisi pipi Gerald.
Kemudian Anin menghela nafas pelan, melirik jam di layar ponsel, "Kalo Mami sama Kak Shanum gak diluar juga pasti aku titip ke mereka, tolong banget ya Ge dijaga dulu, kasian Cilla gak ditemenin."
"Iya gapapa, Naren udah otw jalan balik , kemungkinan sampe sore anaknya." Gerald membenarkan, "Temenin aja dulu si Cilla."
Kabar buruk datang dari pasangan suami istri berisik itu, Cilla yang baru dinyatakan positif hamil sekitar satu bulan lalu harus ikhlas kehilangan calon anak pertama mereka karena keguguran. Naren yang sedang ada kerjaan diluar kota masih dalam perjalanan pulang, apesnya keluarga Cilla dan Naren juga sama-sama lagi berada jauh dari mereka, kecuali Hilmy.
Cilla diharuskan menjalani operasi kuret untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan janin yang masih tersisa di rahimnya, karenanya Hilmy dan Anin berniat menemani Cilla selagi Naren masih dalam perjalanan pulang.
Hela nafas pasrah keluar dari bibir mungil Anin, "Oke deh, nanti abis makan siang aku langsung ke kantor kamu jemput Noah." Dia gak punya pilihan lain, Natha juga lagi ada urusan keluarga yang gak bisa dia tinggal, satu-satunya pilihan hanya meninggalkan Noah pada Gerald.
"Iya, sayang." Gerald menyempatkan diri mendekat, memberi ciuman sekilas di pipi Anin.
Anin lebih dulu berpamitan, diantar Pak Arif pergi ke rumah sakit tujuan. Sedangkan Gerald mengambil diaper bag berwarna putih bercorak biru yang berisikan barang-barang keperluan Noah seperti pakaian ganti, botol susu, dan pampers.
Sambil menggendong Noah di tangan kanannya, Gerald membuka pintu belakang, meletakkan tas di tangan kirinya ke bangku penumpang, kemudian berjalan sedikit mengitari mobilnya, masuk ke bagian pengemudi.
"Kita mau pergi ke kantor Papa sekarang," ujar Gerald menaruh perlahan Noah ke baby car seat yang udah disetel ada di kursi penumpang di sebelahnya. Noah tampak tenang-tenang aja, terdistraksi pada mainan yang diberikan Gerald.
Sebelum menjalankan mobilnya, Gerald mengecek sekali lagi apa posisi putranya nyaman, memastikan sabuk pengaman dan letak duduk Noah dengan baik. Setelahnya Gerald menyetel lagu anak-anak dari pemutar musik di mobil yang dia sambungkan pada bluetooth ponselnya.
Maklum, semenjak punya anak—playlist music Gerald sedikit ketambahan lagu-lagu ceria khas anak-anak semacamnya itu.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Right One
Fanfiction[end] Karena trauma soal keluarga, Anin memutuskan untuk menjalani hidup monoton tanpa menambahkan bumbu asmara di dalamnya. Bangun pagi, kerja, hahahihi bareng temen, lalu pulang buat istirahat. Siklus yang Anin harapkan selalu seperti itu sampai d...