Bel pulang adalah petanda bebasnya para siswa dari para segala kekangan di sekolah. Banyak yang merayakan ketika bel pulang menggaung di langit-langit sekolah, seolah sebuah hal yang pantas untuk dipuja. Siswa satu per satu mulai berhamburan keluar dari gerbang sekolah menuju parkiran dekat sekolah. Sebuah parkiran motor, termasuk Syahrul dan Bima. Hari itu, Syahrul dan Bima pulang sekolah dengan langkah gontai, Syahrul masih kelelahan setelah dihukum Pak Samsir tadi pagi. Mereka berjalan keluar gerbang sekolah, ngobrol santai sambil bercanda tentang kejadian di lapangan tadi.
"Seriusan deh, kenapa lu bisa kuat lari gitu sih?" Syahrul masih penasaran, bukannya Bima cuma bocah tukang main game sama kaya dia? Yang jarang menginjak rumput, sama kaya dia?
"Kan gue udah bilang, gue emang sering lari Rul. Masa lu ga pernah liat gue lari sih? Lupain soal lari, gue masih ga percaya sih, lu minta es teh sama gorengan waktu pingsan. Drama banget gila!" kata Bima sambil tertawa.
"Hehe, ya gimana dong. Gue laper banget, Bim. Untung aja ga beneran pingsan, kalo nggak, bisa mati gue disuruh lari lima putaran," balas Syahrul dengan cengengesan.
"Lemah banget anjir, inilah alasan kenapa para milenial pada ngejek kita lemah."
"Lah, kok malah bawa-bawa generasi gitu si anjir?"
"Ya kan mereka sering ngecengin gen z kaya kita, padahal gen z ada juga ya karena mereka-mereka juga," Bima tertawa, Syahrul tidak terlalu mengerti tapi ikutan ketawa aja.
Tiba-tiba, langkah mereka terhenti saat melihat Alya dan seorang cowok sedang nongkrong di warung dekat gerbang sekolah. Ternyata itu cowoknya Alya, namanya Aldo dan ada dua orang cowok lagi di dekat mereka, babunya Aldo. Alya terlihat canggung, tangannya terus memainkan sedotan di gelasnya, dan wajahnya tidak menunjukkan senyum yang biasa terlihat saat dia bersama teman-temannya. Bima mengamati sejenak, merasakan ada yang tidak beres.
"Jadi itu cowoknya Alya?" Bima menunjuk Aldo dengan dahunya, hal biasa yang dilakukan ketika sedang menggunjing orang.
"Iya, yang gue ceritain waktu itu," sekarang Syahrul yang merasa tidak nyaman. Syahrul selalu merasa kalau dirinya tidak aman jika ada di dekat-dekat Aldo. Bahkan Syahrul sudah sempat berpikir untuk pindah sekolah, bahkan pindah kota. Tapi orangtua Syahrul mengatakan, asal tidak terlalu mencolok atau tidak terlalu banyak tingkah, ia akan aman bersekolah di mana pun. Syahrul percaya itu sampai sekarang.
"Kok Alya kaya ga nyaman gitu ya?" Bima menyipitkan mata, mencoba melihat lebih jelas. Alya tampak gelisah, menggoyangkan kakinya dengan cemas di bawah meja, sementara cowok di dekatnya yaitu Aldo, terlihat lebih agresif dengan merapatkan badannya ke badan Alya. Tapi Alya tidak beranjak dan pergi, sesekali dia malah cuma tersenyum kaku. Seperti dia tidak ingin di situ, tapi entah siapa yang memaksa dirinya untuk berada di situ.
Syahrul mengangkat alis, menatap ke arah yang ditunjukkan Bima dengan dagunya. "Ya cewek mana yang nyaman nongkrong sama cowok-cowok kaya gitu? " kata Syahrul sambil memutar bola matanya, melihat sekelilingnya yang dipenuhi dengan para siswa yang baru pulang sekolah, penuh dengan obrolan dan tawa. "Cowok itu gayanya udah kayak preman, pasti bikin risih."
"Sok tahu lu Rul, mungkin obrolan mereka positif."
"Ya ga mungkin juga mereka lagi ngobrolin Perjusami dong, Bim!" Syahrul jadi gerah sendiri dan semakin tidak nyaman karena beberapa kali kacungnya Aldo lihat ke arah mereka, entah sadar atau tidak.
"Tapi, kalo Alya emang ga nyaman, kenapa ga cabut aja ya dari situ? Atau yang lebih bagus, putus aja dari cowok gajelas itu," Syahrul mau ngomong ya lu lebih ga jelas kali, Bi! Tapi ga jadi. "Kira-kira kenapa ya Rul?"
"Ya mana gue tahu, mana gue pernah pacaran sama itu orang!" Syahrul hendak menarik tangan Bima untuk segera cabut dari tempat itu tapi tiba-tiba saja Bima lari lima langkah, lalu teriak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Name
Romance[TAMAT] Alya adalah anak yang berprestasi, cerdas, dan menjadi siswi teladan di sekolahnya. Sementara itu Bima, anak pindahan dari Jakarta adalah siswa yang malas, jarang masuk, sering telat dan sering dapat nilai rendah. Bima jatuh hati pada Alya...