EPS 14

4 0 0
                                    

Syahrul berjalan keluar dari WC dengan cepat, meninggalkan Bima yang masih terduduk di lantai. Suara air menetes dari keran yang bocor menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan setelah ledakan emosi Syahrul. Bima menundukkan kepalanya, merasa kehilangan dan bingung.

Kenangan tentang persahabatan mereka melintas di benaknya. Dulu, mereka selalu bersama, melewati berbagai macam petualangan dan masalah. Bima mengingat bagaimana Syahrul selalu mendukungnya, bahkan dalam situasi sulit. Tapi sekarang, tembok besar telah terbentuk di antara mereka, dan Bima merasa tak berdaya untuk meruntuhkannya.

Dengan perasaan campur aduk, Bima perlahan bangkit dari lantai. Ia berjalan ke wastafel, membasuh wajahnya dengan air dingin, mencoba menghilangkan perasaan bersalah yang membebani dirinya. Ia menatap cermin, melihat wajahnya yang penuh dengan keraguan dan ketidakpastian.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang?" bisiknya pada dirinya sendiri.

Bima tahu bahwa memperbaiki hubungan dengan Syahrul tidak akan mudah. Tapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa menyerah begitu saja. Sahabat adalah seseorang yang berharga, dan Bima tidak ingin kehilangan Syahrul selamanya.

Dengan tekad yang baru, Bima keluar dari WC. Ia memutuskan untuk memberi Syahrul waktu dan ruang yang diperlukan. Namun, ia juga bertekad untuk mencari cara lain untuk membuktikan bahwa ia peduli dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Dalam hati, Bima berjanji bahwa ia tidak akan menyerah sampai Syahrul bisa kembali melihatnya sebagai sahabat sejati.

Sementara itu, di tempat lain, Syahrul berjalan dengan langkah berat, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Emosi yang meledak tadi membuatnya merasa sedikit lega, tapi juga meninggalkan perasaan hampa. Ia tahu bahwa Bima tidak sepenuhnya salah, tapi luka dari kehilangan sahabat sebelumnya masih terlalu dalam untuk bisa sembuh dengan mudah.

Syahrul berusaha mengalihkan pikirannya dengan berjalan-jalan di sekitar sekolah. Ia melihat festival kewirausahaan yang sedang berlangsung, dengan banyak siswa yang antusias membuka stan dan berjualan. Meski merasa sedikit terhibur dengan suasana riang itu, Syahrul masih merasa kesepian dan terluka.

Di tengah keramaian, Syahrul menemukan sudut yang agak sepi dan duduk di sana, mencoba merenungkan semuanya. Ia tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk melepaskan masa lalu dan memberi Bima kesempatan. Tapi bagaimana caranya? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya, membuatnya semakin bingung.

Pada akhirnya, baik Bima maupun Syahrul harus menghadapi perjalanan panjang untuk memperbaiki hubungan mereka. Keduanya tahu bahwa proses ini akan penuh dengan tantangan, tapi juga penuh dengan peluang untuk tumbuh dan memahami satu sama lain lebih baik. Dengan sedikit keberanian dan banyak ketekunan, mungkin suatu hari mereka bisa kembali menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

Sore itu, langit mulai memerah dan matahari perlahan tenggelam di balik gedung-gedung sekolah. Udara yang tadinya panas kini mulai sejuk dengan angin yang bertiup lembut, membawa aroma khas sore hari. Suasana di sekitar area festival kewirausahaan mulai sepi, tidak seramai siang tadi. Beberapa siswa terlihat sedang membereskan stan-stan mereka, menurunkan spanduk, dan mengemas barang-barang jualan yang tersisa.

Di sudut lapangan, sebuah stan yang menjual minuman es sedang dibersihkan oleh sekelompok siswa. Mereka saling bercanda sambil membersihkan meja dan kursi. Di stan lain, sekelompok siswi sedang melipat kain penutup meja dengan rapi. Ada juga yang sedang mengemas barang dagangan mereka ke dalam kotak-kotak besar, bersiap untuk dibawa pulang. Suara tawa dan obrolan ringan terdengar di sana-sini, meskipun suasana sudah jauh lebih tenang dibandingkan beberapa jam yang lalu.

Di tengah-tengah keramaian yang mulai mereda itu, Bima berjalan dengan langkah pelan, tatapannya tertunduk. Kakinya terasa berat, seolah setiap langkahnya membawa beban yang tak terlihat. Pikiran Bima dipenuhi oleh kejadian tadi siang di WC, percakapannya dengan Syahrul yang berakhir dengan bentakan dan dorongan. Perasaan bersalah dan kebingungan menyelimuti hatinya.

Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang