EPS 4

6 0 0
                                    

Malam itu, Bima sedang asyik dengan konsol game di kamarnya, menikmati malam minggu yang tenang. Rumahnya sepi, hanya terdengar suara game dari televisi dan sesekali suara Bima yang berteriak karena karakter yang dimainkan dalam game mati atau menerima serangan critical. Tiba-tiba, suara bel pintu mengusik ketenangannya. Bima mengerutkan kening, merasa aneh karena jarang ada yang datang berkunjung pada malam hari.

Ia menekan tombol pause pada game dan berjalan menuju pintu depan. Ketika pintu terbuka, Bima mendapati Syahrul berdiri di sana dengan wajah cerah dan senyum lebar. "Eh, Rul! Ngapain lu malem-malem begini?" tanya Bima terkejut.

Syahrul mengangkat kantong plastik berisi beberapa minuman soda dan camilan. "Gue bosen malam minggu sendirian mulu, Bim. Jadi gue pikir, kenapa gak main game di rumah lu aja? Kan lebih seru," jawab Syahrul sambil nyengir.

"Bukannya lu punya PS ya di rumah, game lu malah lebih lengkap dari gue kali njir," Bima menggaruk kepalanya, bingung.

"Yaelah, main game lebih seru bareng-bareng kali Bim. Emangnya waktu kecil lu ga pernah ke rental PS rame-rame sama temen apa?" Bima terdiam sesaat, terpikir pertanyaan Syahrul. Kayaknya hal seperti itu tidak pernah terjadi, pikir Bima.

Bima tertawa kecil, menggelengkan kepala. "Dasar lu, Rul. Yaudah, masuk aja. Tapi jangan bikin ribut ya."

"Kenapa? Bokap lu lagi di rumah ya?"

"Ya enggak, maksudnya ya jangan berisik aja⸻ nanti digeruduk tetangga," Syahrul mengangguk samar, kirain Syahrul ada bokapnya Bima di rumah.

"Yaelah gue kira apaan, lagian kita ga bakal ngehomo sampe digerebek tetangga kali, mereka juga pasti maklumlah anak muda pada malam mingguan⸻ ya, walaupun cuma main game di rumah," Syahrul nyengir. Karena di saat anak muda lainnya pada keluar sama pacar, sementara mereka cuma berdua di rumah main game. Wajar mereka sering dikira homo.

"Tapi kocak juga sih kalo kita digeruduk tetangga gara-gara ngehomo," Bima tertawa sesaat lalu hening, momen hening yang justru bikin ga enak. Mereka malah berpandangan.

"Ah, jangan aneh-anehlah Bim!" Syahrul jadi bergidik sendiri, Bima hanya tertawa.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Bima. Syahrul langsung duduk di depan televisi, membuka kantong plastik dan mengeluarkan minuman serta camilan. "Wah, game apa nih yang lagi lu mainin? Seru gak?" tanya Syahrul antusias.

"Biasa aja sih, tapi lumayan buat ngisi waktu," jawab Bima sambil kembali menyalakan konsol game. Mereka mulai bermain bersama, tenggelam dalam dunia game yang penuh tantangan dan keseruan.

"Bukannya kita emang banyak waktu kosong ya?" Bima diam, Syahrul pun jadi diam.

"Ya pokoknya gitu lah," Bima tak tahu harus bilang apa.

Suasana malam itu berubah menjadi riuh rendah dengan tawa dan sorak-sorai. Mereka berdua larut dalam permainan, lupa waktu dan masalah-masalah yang sering mereka hadapi di sekolah. Malam minggu yang awalnya biasa saja menjadi lebih seru dan berwarna dengan kehadiran Syahrul.

"Anjing, lo ko bisa gitu si? Sialan gue udah kalah berapa kali njir?" Bima mengeluh karena dia selalu kalah dalam game battle melawan Syahrul.

"Kapan si lu menang lawan gue Bim?" Syahrul mulai menyombongkan diri, kalo dilihat lebih jeli, hidungnya tambah lebar tuh.

"Ahhhh, gue capek," Bima merebahkan dirinya ke kasur dan mengabaikan Syahrul yang masih membanggakan dirinya sendiri, mungkin menganggap ini sebagai prestasi.

"Gue main sendiri dulu, ga papa nih?" kata Syahrul yang hendak mendekati mesin PS dan ingin mengganti game.

"Udah santai aja, gue dari tadi main game, capek," Bima mengambil handphone miliknya dan mulai scroll sosmed, sebuah kegiatan paling tidak jelas di abad 21.

Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang