Alya terbangun siang-siang, sinar matahari yang menerobos melalui celah tirai kamarnya terasa menyilaukan matanya. Ia berusaha mengingat mimpinya yang penuh kegelisahan semalam, tetapi semua terasa kabur dan samar. Ia merasa kepalanya berat dan badannya lelah, seolah-olah ia tidak mendapatkan tidur yang cukup. Matanya mengerjap-ngerjap saat mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang terang. Semalam ia susah sekali tidur, karena telah menghabiskan malam dengan pikiran yang tak henti-hentinya berputar tentang Aldo dan Bima.
Alya duduk di tepi tempat tidurnya, mengusap wajahnya dengan tangan untuk menghilangkan rasa kantuk. Pikiran tentang Aldo dan Bima kembali memenuhi benaknya. Bagaimana jika Bima benar-benar dibunuh Aldo karena mendekatinya? Ketakutan itu masih menghantuinya, membuat jantungnya berdegup kencang. Ia merasa ada sesuatu yang harus ia lakukan, tetapi tidak tahu apa.
Alya teringat perbincangannya dengan Ranti semalam. Kata-kata Ranti tentang Aldo dan Bima masih terngiang-ngiang di telinganya. "Bima itu bukan orang Cirebon, dia ga tahu sebahaya apa kalo dia mendekati elu." Ranti benar, Bima tidak tahu betapa berbahayanya mendekati dirinya dengan Aldo di sekitar. Alya merasa ada beban berat di dadanya, perasaan bersalah dan ketakutan bercampur menjadi satu.
Ia mencoba untuk tenang dan berpikir jernih. Mungkin ia bisa bicara dengan Bima dan memperingatkannya. Mungkin ia bisa meminta bantuan dari orang lain untuk menjaga Bima. Namun, semua itu terasa rumit dan sulit. Alya merasa seperti terjebak dalam situasi yang tidak ada jalan keluarnya.
Tiba-tiba pintu dibuka oleh ibunya, "Mamah kira kamu ga bakal bangun," ucap ibunya santai, dia seorang wanita paruh baya dengan badan yang cukup ideal dan dandanan modis meski di rumah. Ibunya itu berjalan ke jendela dan membuka tirai lebar-lebar, membuat kamar Alya semakin terang akan cahaya matahari yang menerobos melalui jendela. "Cepat bangun, Aldo ga suka cewek males-malesan, lho!" Alya hanya diam untuk beberapa saat, kesal pada ibunya kenapa Aldo harus dibawa-bawa dalam tiap pembicaraan di keluarga ini?
"Ranti dan Rini, kemana mereka?" tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan dari topik yang membuatnya kesal.
"Mereka sudah pulang dari pagi," jawab ibunya sambil merapikan beberapa barang di meja rias Alya. "Katanya ada urusan keluarga."
Alya mengambil handphone miliknya, mengecek pesan masuk. Ada satu pesan dari Ranti: "Sorry ya gue sama Rini pulang dulu, kata nyokap lu mau ada acara keluarga di rumah?" Alya menggigit bibirnya, merasa semakin marah dan frustrasi. Ia menarik sprei tempat tidurnya dengan kuat, berusaha menahan amarah yang mulai memuncak pada ibunya dan bahkan badannya dengan samar bergetar. Alya membalas pesan Ranti seadanya, hanya mengatakan sampai jumpa besok di sekolah.
"Ayo, cepat bangun. Bentar lagi keluarga Aldo datang! Dandan yang cantik ya!" suara ibunya terdengar penuh semangat. Alya bergumam jika saat ini masih siang dan acaranya ada di jam malam. Alya masih tertunduk, malas menjawab dan merasa semakin tertekan dengan situasi ini. Sementara itu, ibunya sudah pergi dari kamarnya, meninggalkan Alya sendirian dengan pikiran yang kacau.
Alya merasa seperti berada di tengah perang antara keinginannya sendiri dan harapan orang lain. Mengapa semua orang di sekitarnya selalu menuntut banyak hal darinya? Kenapa Aldo harus selalu ada dalam setiap keputusan yang dibuat oleh keluarganya? Pilih sekolah harus ada Aldo, pilih tempat les harus dekat Aldo, pilih tempat liburan harus bersama Aldo. Aldo ini, Aldo itu, Aldo begini, Aldo begitu⸻ Alya merasa seperti boneka yang diatur oleh orang lain, tidak memiliki kendali atas hidupnya sendiri.
Dia bangkit perlahan dari tempat tidur, berjalan menuju cermin. Wajahnya terlihat lelah, matanya sedikit bengkak karena kurang tidur. Alya menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia tahu bahwa tidak ada gunanya marah-marah saat ini, tapi rasa frustasi dan ketidakadilan yang dirasakannya tidak bisa begitu saja hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Name
Romance[TAMAT] Alya adalah anak yang berprestasi, cerdas, dan menjadi siswi teladan di sekolahnya. Sementara itu Bima, anak pindahan dari Jakarta adalah siswa yang malas, jarang masuk, sering telat dan sering dapat nilai rendah. Bima jatuh hati pada Alya...