EPS 25

4 0 0
                                    

Sebelum ayahnya Aldo datang dengan tidak tahu malu meminta damai dari kelakuan anaknya, dia sudah berhasil mengakses penjara tempat gengnya Aldo ditahan dan menemui Aldo secara langsung. Di dalam sel yang sempit dan gelap, para anggota geng berkumpul dengan wajah penuh kecemasan dan kelelahan.

"Gimana ni Do? Masa kita udah tiga hari ditahan gini? Terus, siapa lagi orang-orang kemarin yang nangkep kita? Kita juga dianiaya, mereka juga dicuci otaknya dan jadi kaya orang gila gitu. Dari tadi cuma diem," ujar salah satu babu Aldo dengan ketakutan, suaranya bergetar saat dia mencoba mengerti situasi yang mereka hadapi.

"Ya siapa sangka kita dijebak, anjing! Udah, jangan berisik! Gue juga ga tahu siapa mereka! Nanti bokap gue bebasin kita," Aldo jadi marah-marah, frustrasi merayap di setiap kata yang diucapkannya. Ia menggedor-gedor dinding sel dengan kepalan tangan, mencoba melampiaskan amarah dan kegelisahannya.

"Udah santai aja. Gue ga tahu mereka siapa, tapi kalo kita berakhir di sini, kita masih bisa selamat," ujar Bang Joni dengan suara tenang, mencoba menenangkan anggotanya.

Semalam, mereka dipindahkan ke sel biasa yang lebih dikenal, yaitu sel di Polres Cirebon. Bang Joni pun merasa lega, "Bener kata Aldo, bokapnya pasti bebasin kita. Paling cuma berapa minggu di sini. Mungkin nunggu kasusnya reda dulu, kaya yang udah-udah. Polisi-polisi aneh kemarin, kita ga usah pikirin, anggep aja mimpi buruk." Bang Joni menenangkan anggotanya yang masih waras, berusaha memancarkan ketenangan meski hatinya penuh kekhawatiran.

"Iya bang," jawab salah satu anggota geng, meski raut wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran dan ketakutan.

Tiba-tiba, pintu sel terbuka dengan suara berderit dan ayahnya Aldo masuk dengan wajah yang penuh kemarahan. Tanpa basa-basi, dia langsung menampar Aldo, suara tamparan itu menggema di dalam sel yang sempit dan pengap. "Kamu ini bisa berhenti buat onar ga sih!? Papah ijinin kamu ikut geng kaya tai ini, karena kamu nangis-nangis minta gabung, sampe ngancem bunuh diri segala! Dan lu Joni, gue udah ngasih lu duit banyak ya! Jagain anak orang aja ga becus!" bentaknya, wajahnya merah padam karena marah.

"Pah, apaan si, cerewet banget. Tinggal kaya biasanya aja, paling berapa sih? Ga usah dibikin ribet deh," Aldo merespons dengan nada malas, seolah-olah semua ini hanyalah gangguan kecil. Namun, matanya menyiratkan ketakutan yang berusaha ia sembunyikan di balik sikap angkuhnya.

Ayahnya menampar mulut Aldo lagi, lebih keras kali ini. "Anak tolol! Kasusnya udah diambil sama Polri, goblok! Papah mana bisa handle! Cara satu-satunya adalah dengan memaksa orangtua dari anak yang kalian keroyok itu cabut laporannya! Otak tuh dipake, anak tolol. Bisanya cuma ngerengek, manja! Punya titid ga si anjing?" bokapnya memukul kepala Aldo, berkali-kali saking geramnya sampai kepala Aldo berdarah, membuat semua orang di dalam sel terdiam dalam ketegangan yang mencekam. Sejak kemarin malam ayahnya Aldo merasa ada yang aneh. Pantas saja dia tidak menerima laporan penangkapan dari Polres yang ia pimpin.

Aldo, yang biasanya merasa tak terkalahkan di hadapan gengnya, kini terlihat tak berdaya di hadapan ayahnya. Ia meraba pipinya yang terasa panas akibat tamparan tadi dan mengusap kepalanya yang basah karena darah, menatap ayahnya dengan mata yang berkilat penuh rasa marah dan malu.

Bang Joni, yang biasanya selalu siap membela Aldo, kini hanya bisa diam. Ia tahu betul bahwa dalam situasi ini, bahkan dirinya tidak bisa berbuat banyak. "Maaf, Pak. Saya akan pastikan anak buah saya lebih hati-hati lagi," ucapnya dengan nada rendah, mencoba meredakan amarah ayah Aldo.

"Bangsat! Nyusahin aja, anjing!" ayahnya Aldo membanting pintu sel dan pergi. Dia bingung bagaimana caranya mengeluarkan anaknya itu. Jika meminta langsung pada Polri jelas akan aneh, dia tidak sedekat itu dengan Kapolri. Tapi bisa menjadi dekat jika dia mengeluarkan segelintir uang, tapi yang menjadi masalah, berapa harga dari Kapolri? Ayahnya Aldo terus memikirkan segalanya. Cara satu-satunya memang harus memaksa pelapor untuk mencabut laporannya. Hanya itu yang terpikirkan di otak ayahnya Aldo. Orang yang sering melakukan hal kotor, hanya bisa terpikirkan hal kotor.

Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang