BAB 47

4 0 0
                                    

Sejak Bima pergi begitu saja dari hidupnya, Syahrul merasa seakan dunia runtuh di sekelilingnya. Sahabat yang selalu ada dalam setiap momen penting kini menghilang tanpa jejak, membuat Syahrul terjebak dalam labirin perasaan yang bercampur aduk. Hari-hari berlalu dengan monoton, diwarnai kebingungan yang terus menghantui.

Syahrul mencoba menjalani rutinitas seperti biasa, tapi segala hal yang pernah dia nikmati sekarang terasa hampa. Dia sempat malas bersekolah, pandangan kosongnya sering terpaku pada papan tulis tanpa benar-benar memperhatikan apa yang diajarkan guru. Teman-teman mulai menyadari perubahan sikapnya, tetapi Syahrul terlalu tenggelam dalam pikirannya untuk menjelaskan.

Game, yang dulu menjadi pelarian dari segala penat, kini kehilangan daya tariknya. Controller yang biasanya terasa nyaman di tangannya sekarang hanya menambah beban di pikirannya. Setiap kali dia mencoba bermain, dia hanya bisa membayangkan Bima duduk di sebelahnya, tertawa dan bercanda seperti dulu. Kenangan itu terlalu pahit untuk dihadapi, sehingga Syahrul memutuskan untuk tidak bermain game sama sekali.

Bahkan aktivitas bermalasan yang dulu dia nikmati, seperti berbaring dan tak melakukan apapun, sekarang terasa tidak berarti. Syahrul hanya bisa terjebak dalam pikirannya, merenung tentang sahabatnya, Bima. Pikiran-pikirannya menjadi semacam siksaan yang tak berkesudahan, setiap bayangan Bima membuat hatinya semakin berat.

Ia bingung, ia khawatir, cemas dan rindu. Kepergian Bima tanpa penjelasan meninggalkan lubang besar dalam hidupnya. Syahrul sering bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ada masalah yang Bima hadapi sendirian? Apakah dia baik-baik saja di luar sana? Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui setiap saat, bahkan di tengah malam saat dia mencoba tidur.

Setiap sudut kota yang mereka jelajahi bersama kini menjadi pengingat menyakitkan akan ketidakhadiran Bima. Syahrul tak tahu harus apa, hanya bisa terjebak dalam pikirannya tentang sahabatnya, Bima. Setiap hari terasa seperti perjuangan untuk menemukan kembali bagian dari dirinya yang hilang bersama kepergian Bima.

Syahrul pernah menulis surat untuk Kapolri, menanyakan tentang Bima, dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang bisa meredakan kecemasannya. Hari-hari berlalu dengan Syahrul yang penuh harap menunggu balasan surat-suratnya. Sudah seratus surat yang ia kirim, tapi tidak pernah ada balasan. Setiap kali ia menghitung hari di kalender, hatinya semakin berat. Ketidakpastian tentang keberadaan Bima menghantui pikirannya setiap saat.

Tidak puas dengan hasil surat-suratnya, Syahrul mencoba cara lain. Ia menyurat melalui email, berharap teknologi bisa mempercepat respon. Namun, email-email itu pun tidak pernah mendapatkan jawaban. Syahrul bahkan sempat berpikir untuk ke Jakarta, nekat mencari jawaban langsung di sana. Tapi ia bingung harus kemana. Jakarta terlalu besar dan asing baginya. Ia tidak tahu di mana harus memulai pencariannya, dan perasaan tidak berdaya semakin menghimpitnya.

Berurusan dengan Kapolri ternyata tidak semudah yang dibayangkannya. Syahrul merasa seperti berhadapan dengan tembok besar yang tidak bisa ditembus. Ia mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang Kapolri dan keluarganya, berharap bisa menemukan petunjuk tentang Bima. Namun, setelah menyelidiki dengan kemampuan seadanya, ia menemukan bahwa deretan anak Kapolri tidak ada Bima di sana.

Penemuan ini mengguncang Syahrul. Jika Bima bukan anak Kapolri, maka siapa dia sebenarnya? Pertanyaan ini berputar-putar di kepalanya, menambah kebingungan yang sudah ia rasakan. Syahrul mulai meragukan segala yang ia ketahui tentang sahabatnya. Siapa Bima? Siapa sebenarnya sahabat yang sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya?

Kebingungan dan ketidakpastian ini membuat Syahrul semakin frustrasi. Ia merasa seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar, mencari jawaban yang sepertinya tidak pernah ditemukan. Rasa rindu dan khawatir terus membayangi setiap langkahnya, membuat hari-harinya terasa berat dan penuh dengan kesedihan.

Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang