Ayah Alya adalah seorang penguasa tambak udang yang sukses, pemilik pabrik tekstil, dan beberapa usaha lainnya di bidang perkayuan. Keluarga mereka dikenal sebagai salah satu keluarga terpandang di Cirebon, memiliki kekayaan dan pengaruh yang cukup besar di kota tersebut. Di sisi lain, ibu Alya adalah seorang dosen di kampus yang dimiliki oleh yayasan keluarga Aldo. Hubungan antara keluarga Alya dan keluarga Aldo sudah terjalin sejak lama, dan tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga Alya kerap mendapat keuntungan dari kedekatan tersebut.
Sejak dulu, keluarga Alya dikenal suka menjilat keluarga Aldo. Ayah Alya sering mendapat bantuan dan dukungan dari keluarga Aldo untuk melancarkan usahanya. Misalnya, ketika ayah Alya mengalami kesulitan dengan izin dan regulasi untuk tambak udangnya, keluarga Aldo selalu hadir memberikan bantuan, memastikan bahwa semua hambatan bisa diselesaikan dengan cepat dan efisien. Bantuan ini tidak hanya terbatas pada tambak udang, tetapi juga dalam bisnis tekstil dan perkayuan yang dimilikinya. Keberhasilan usaha ayah Alya sering kali berkat campur tangan dan dukungan dari keluarga Aldo yang telah menanamkan dinasti kekuasannya di Cirebon sejak lama.
Sementara itu, ibu Alya tidak kalah mendapat keuntungan dari hubungan ini. Sebagai dosen di kampus yang dikelola oleh keluarga Aldo, ibu Alya sering mendapat promosi dan jabatan yang lebih tinggi. Setiap kali ada kesempatan untuk naik pangkat atau mendapatkan proyek penelitian, ibu Alya selalu menjadi prioritas. Tidak hanya itu, dukungan dari keluarga Aldo juga memastikan bahwa karier ibu Alya berjalan mulus tanpa hambatan berarti. Bahkan, dua tahun ke depan, ibu Alya berencana untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari partai yang sama dengan partainya keluarga Aldo, sebuah langkah yang tentunya didukung penuh oleh keluarga besar Aldo.
Kedekatan ini membuat keluarga Alya sering dianggap sebagai kaki tangan keluarga Aldo. Banyak orang di Cirebon yang melihat keluarga Alya sebagai perpanjangan tangan keluarga Aldo dalam berbagai bidang, baik itu bisnis maupun pendidikan. Hal ini sering kali menimbulkan berbagai spekulasi dan pembicaraan di kalangan masyarakat, ada yang memandang positif, namun tidak sedikit pula yang sinis dan mencibir.
Namun, Alya sendiri merasa terjebak dalam situasi ini. Ia sering kali merasa bahwa prestasi dan keberhasilan keluarganya bukan murni karena usaha mereka sendiri, melainkan karena campur tangan keluarga Aldo. Meskipun begitu, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa hidupnya penuh dengan kemudahan dan fasilitas berkat hubungan tersebut. Alya pun sering kali merasa bingung dan tertekan, terutama ketika ia harus menghadapi kenyataan bahwa banyak orang memandang rendah keluarganya karena hubungan dekat mereka dengan keluarga Aldo.
Bagi Alya, ini bukan hanya soal keuntungan materi, tetapi juga tentang harga diri dan integritas. Ia sering kali bertanya-tanya, apakah semua yang dimiliki keluarganya benar-benar hasil jerih payah mereka, ataukah hanya sekadar buah dari menjilat dan mengambil keuntungan dari kekuasaan keluarga Aldo? Pertanyaan ini terus menghantui Alya, membuatnya merasa tidak nyaman dan selalu waspada dengan setiap langkah yang diambil oleh keluarganya.
Dari kecil, Alya sudah ditentukan jalan hidupnya oleh orangtuanya. Setiap langkah yang diambilnya selalu diawasi dan diarahkan dengan teliti. Les di tempat ini, belajar itu, mengambil kursus ini, mengikuti kegiatan itu—semua dilakukan demi mencapai standar yang diinginkan oleh orangtuanya. Tidak ada ruang untuk kebebasan, tidak ada pilihan yang benar-benar milik Alya sendiri. Segala kekangan ini membuat Alya merasa seperti burung dalam sangkar emas, terbang di tempat yang indah namun terpenjara oleh keinginan orang lain.
Alya masih ingat pertemuan pertama antara keluarganya dan keluarga Aldo. Saat itu, mereka masih SD, masih kecil sekali. Pertemuan tersebut tampak seperti pertemuan biasa antara dua keluarga kaya yang memiliki kepentingan bisnis bersama. Orangtua mereka berbincang tentang bisnis dan kerja sama, sementara Alya dan Aldo bermain bersama, tak menyadari bahwa nasib mereka sedang ditentukan oleh orang dewasa di sekitar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Name
Romance[TAMAT] Alya adalah anak yang berprestasi, cerdas, dan menjadi siswi teladan di sekolahnya. Sementara itu Bima, anak pindahan dari Jakarta adalah siswa yang malas, jarang masuk, sering telat dan sering dapat nilai rendah. Bima jatuh hati pada Alya...