Zidan yakin dan percaya diri bahwa lima tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan Alya, benar-benar melupakannya. Ia mengandalkan keyakinan tersebut untuk melanjutkan hidupnya dan menjalani berbagai misi yang berbahaya dan menantang. Lima tahun terakhir ini, Zidan menjadi seorang agen yang sangat andal dan terpercaya. Ia menjebak oknum polisi korup, menyeret koruptor dari penjara mewah ke penjara yang sebenarnya, membubarkan partai politik bermasalah dari dalam, menggagalkan rencana terorisme, dan banyak misi lain yang tidak pernah naik ke media. Ia terjun ke dalam dunia yang penuh intrik dan bahaya, mengisi setiap detik hidupnya dengan tugas-tugas yang menuntut keahliannya.
Setiap kali ia berhasil dalam misinya, Zidan merasa seolah-olah ia sedikit lebih jauh dari bayangan Alya. Ia berpikir bahwa dengan misi sebanyak itu, dengan tantangan dan risiko yang harus dihadapinya, Alya akan sanggup ia lupakan. Zidan yakin akan hal itu. Ia menggantikan kekosongan dalam hidupnya dengan adrenalin, dengan perasaan puas ketika keadilan tercapai, dan dengan tanggung jawab yang besar sebagai agen.
Namun, di balik semua keyakinannya, ada saat-saat di mana kenangan tentang Alya muncul tanpa diundang. Di tengah malam yang sunyi setelah misi berakhir, dalam kesendirian di markas sementara, atau ketika ia melihat sepasang kekasih berjalan bergandengan tangan di jalan. Kenangan itu menyeruak, seolah-olah memberitahu bahwa tidak semudah itu melupakan seseorang yang pernah begitu berarti.
Dalam benaknya, Zidan sering mengulang percakapan terakhirnya dengan Alya, senyumnya, matanya yang indah, tawanya, dan rasa nyaman yang pernah ia rasakan. Setiap misi yang ia jalani seolah menjadi usaha untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia bisa melupakan Alya, bahwa ia sudah lebih kuat dari perasaannya.
Namun, lima tahun berlalu, dan kini, bertemu Alya di pelataran kantor polisi, semua keyakinannya terasa goyah. Kenangan yang ia pikir sudah terkubur dalam-dalam muncul kembali dengan begitu kuat. Zidan merasa bingung, seperti ada bagian dari dirinya yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan. Perasaan yang selama ini ia coba hilangkan, ternyata masih ada di sana, menunggu saat untuk kembali muncul.
"Aku berusaha keras untuk melupakanmu, Bima. Tapi ternyata itu mustahil. Kenapa kamu harus pergi begitu saja tanpa penjelasan? Kenapa kamu tidak memberi aku kesempatan untuk memahami? JAWAB DONG BIM!" Alya berteriak, tangisnya semakin deras.
Zidan hanya bisa menatapnya dengan penuh kebingungan dan penyesalan. Di dalam hatinya, ia ingin memeluk Alya, ingin menghapus air matanya, dan mengatakan bahwa ia akan menjelaskannya satu per satu walaupun ia bingung mulai dari mana. Tapi tubuhnya tidak ada yang bergerak sama sekali, bibirnya membeku sudah.
Alya lalu menghempaskan dirinya dari Zidan dan pergi menjauh dengan perasaan marah dan sedih. Air mata mengalir deras di wajahnya, dan dengan tangan gemetar ia berusaha menghapus tangisnya. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, seperti membawa beban emosional yang tidak bisa ia lepaskan begitu saja. Alya merasa hatinya terluka lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan, kecewa dan terluka oleh kenyataan bahwa orang yang ia sayangi telah menghilang tanpa jejak selama bertahun-tahun.
Zidan berdiri terpaku sejenak, merasakan kekosongan di hatinya yang selama ini ia coba isi dengan berbagai misi dan tugas. Melihat Alya yang pergi menjauh dengan tangis yang tak tertahan, ia merasakan dorongan kuat untuk mengejarnya, untuk menjelaskan, untuk memohon maaf. Namun, setiap otot dan sendi di tubuhnya terasa berat, seakan ada beban yang menahannya. Kakinya serasa terpasung ke tanah, dan hanya bisa melihat Alya yang semakin jauh.
"Alya, tunggu!" Zidan akhirnya berhasil menggerakkan dirinya, meski setiap langkah terasa seperti melalui medan berat. Ia mengejarnya dengan segenap tenaga yang tersisa, mencoba menyusul Alya yang terus berjalan cepat menjauh. Langkah Zidan sedikit tersendat-sendat, tetapi tekadnya semakin kuat. Ia tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan Alya pergi lagi tanpa penjelasan, tanpa berusaha memperbaiki kesalahan yang telah ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Name
Romance[TAMAT] Alya adalah anak yang berprestasi, cerdas, dan menjadi siswi teladan di sekolahnya. Sementara itu Bima, anak pindahan dari Jakarta adalah siswa yang malas, jarang masuk, sering telat dan sering dapat nilai rendah. Bima jatuh hati pada Alya...