EPS 19

6 0 0
                                    

Restoran mewah itu berdiri megah di tengah kota, sebuah oasis keanggunan yang menyala lembut di bawah sinar lampu kristal yang berkilauan. Langit malam mengintip dari balik jendela-jendela besar, memperlihatkan bintang-bintang yang tersebar seperti permata di atas permadani gelap. Di dalam, meja-meja dihiasi dengan taplak sutra putih dan peralatan makan perak yang berkilau, mencerminkan keanggunan dan kemewahan yang tak tertandingi.

Musik klasik mengalun pelan, mengiringi percakapan lembut dan tawa hangat yang bergaung di udara. Para pelayan berjas hitam melayani dengan anggun, bergerak dengan ketelitian yang sempurna. Aroma masakan gourmet memenuhi ruangan, mengundang selera dengan kombinasi aroma rempah yang eksotis dan hidangan yang disajikan dengan artistik.

Di sudut ruangan yang remang, di bawah sinar lilin yang berkelap-kelip, duduklah Alya dan Aldo. Alya, dengan gaun malam biru gelap yang menekankan kecantikannya yang elegan, tersenyum lembut kepada Aldo yang mengenakan setelan jas hitam klasik. Mata mereka bertemu, dan ada sinar kehangatan serta kebahagiaan yang tak terucap dalam pandangan mereka.

Di atas meja, sebuah vas kristal berisi mawar merah darah, memberikan sentuhan romansa yang sempurna. Hidangan pembuka sudah dinikmati, dan kini pelayan datang membawa piring utama – filet mignon dengan saus truffle dan lobster thermidor yang menguarkan aroma menggoda. Alya mengambil garpunya, mencoba sepotong kecil dari hidangan di depannya, dan matanya berbinar saat rasa yang kaya meledak di lidahnya.

"Maaf ya sayang, kamu kesel sama sikap aku. Tapi kamu harus tahu, aku cuma mau nunjukin kalo aku perhatian sama kamu," kata Aldo dengan nada suara yang lembut namun penuh penyesalan. Tatapannya lembut, berusaha mencari pengertian dalam mata Alya yang tampak kesal. Mereka duduk di sudut restoran yang nyaman, dikelilingi oleh kehangatan lilin yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang kontras dengan ketegangan di antara mereka.

Alya menghela napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. "Iya," jawabnya singkat dengan nada jutek, sambil memalingkan wajahnya sejenak. Matanya menatap keluar jendela, mencoba menenangkan pikirannya. Perasaan campur aduk berkecamuk dalam hatinya—antara marah dan ingin memahami maksud baik Aldo.

Aldo terdiam sejenak, merasakan dinginnya reaksi Alya. Ia tahu bahwa kesalahpahaman ini perlu segera diselesaikan. Dengan hati-hati, ia meraih tangan Alya di atas meja, menggenggamnya dengan lembut. "Alya, aku tahu mungkin aku terlalu berlebihan kemarin," katanya, nada suaranya penuh penyesalan.

Dalam hati Alya, terdengar bisikan sinis, Memangnya kapan dia tidak berlebihan? Matanya masih menatap dingin, menunggu penjelasan Aldo yang biasanya datang dengan pembelaan diri.

"Tapi semua itu karena aku peduli. Aku nggak ingin melihat kamu diganggu sama anak sialan itu," lanjut Aldo, mencoba meyakinkan Alya. Perasaannya campur aduk antara marah dan cemas.

Sebelum Alya sempat merespons, situasi tiba-tiba berubah dengan kedatangan Bima. Dengan gaya santai seperti biasa, Bima melangkah masuk ke dalam restoran mewah itu. Rambutnya yang sedikit berantakan dan senyum nakalnya membuatnya terlihat percaya diri dan tidak peduli dengan aturan tak tertulis tentang adab di tempat seperti ini.

"Hei, Alya!" sapa Bima riang, tanpa sedikit pun memperhatikan kehadiran Aldo. Dia langsung menghampiri meja mereka, matanya hanya tertuju pada Alya, seolah Aldo hanyalah bayangan tak berarti di sudut ruangan.

Alya terkejut dengan kedatangan Bima yang tiba-tiba dan tanpa diundang. Dia mengangkat pandangannya dari genggaman tangan Aldo, menatap Bima dengan campuran rasa kaget dan sedikit gugup. "Bima, apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap netral meski hatinya berdegup kencang.

Aldo, yang sejak tadi sudah berusaha keras menenangkan dirinya, merasakan darahnya mendidih. Ia melepaskan genggaman tangannya dari Alya, berusaha menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan. "Mau apa lu ke sini?" kata Aldo dengan nada yang terkendali namun tegas, berusaha mempertahankan ketenangan meski dalam hatinya amarah mulai membara.

Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang