EPS 8

6 0 0
                                    

Suasana SMA siang itu terlihat berbeda dari biasanya. Biasanya, sekolah akan penuh dengan suara obrolan siswa, bel yang berdentang, dan derap kaki yang tergesa-gesa menuju kelas. Namun, hari itu, suasana tampak lebih santai tapi juga penuh semangat karena persiapan untuk lomba kewirausahaan yang akan diadakan besok.

Beberapa siswa yang masuk pagi terlihat sibuk di lapangan, tempat di mana stan-stan akan didirikan. Mereka membawa meja, kursi, dan berbagai peralatan lainnya. Di sana-sini, terdengar suara obrolan tentang ide-ide bisnis yang akan mereka presentasikan, tawa riang, dan sesekali instruksi dari ketua OSIS yang memimpin persiapan.

Di koridor kelas, ada kelompok siswa yang sedang berdiskusi serius, memegang kertas rencana bisnis, diagram alur kerja, dan daftar kebutuhan bahan. Mereka berbicara dengan antusias, saling memberikan masukan dan memperbaiki rencana mereka. Dinding koridor dipenuhi dengan poster-poster warna-warni yang mengiklankan berbagai jenis usaha, mulai dari makanan, kerajinan tangan, hingga jasa. Syahrul pernah menyarankan bisnis kelas mereka adalah jasa sewa pacar perjam, yang langsung ditolak sama ketua kelas dan berakhir menjadi bahan tertawaan, Bima yang ketawanya paling kenceng.

Di ruang OSIS, suasana tidak kalah sibuk. Para anggota OSIS tampak berdebat tentang jadwal acara, siapa yang akan menjadi tukang dokumentasi, tukang wawancara buat jadi majalah di mading, dan bagaimana mengatur alur peserta dari satu stan ke stan lainnya. Papan tulis dipenuhi dengan catatan-catatan penting, daftar tugas, dan sketsa denah lapangan. Ketua OSIS tampak kewalahan, tapi tetap semangat dan berusaha mengatur semuanya dengan baik.

Di kantin, beberapa siswa yang sudah menyelesaikan persiapan mereka tampak duduk santai, menikmati makanan sambil membicarakan harapan mereka untuk besok. Ada yang bercanda tentang bagaimana mereka berharap bisa menjual semua produk mereka dan memenangkan lomba. Tawa dan canda mereka memberikan suasana yang hangat di tengah persiapan yang sibuk.

Di salah satu sudut sekolah, Bima dan Syahrul sedang mempersiapkan stan mereka. Bima, dengan senyum khasnya, sedang mengatur meja dengan produk yang akan dijual. Syahrul, yang selalu terlihat agak khawatir, sibuk mengecek daftar barang untuk memastikan tidak ada yang terlewat. "Bim, kita udah siap belum nih? Jangan sampai ada yang kurang," kata Syahrul dengan nada cemas.

"Tenang aja, Rul. Semuanya udah siap. Lagian, kalau ada yang kurang, tinggal beli di koperasi," jawab Bima santai sambil mengatur produk mereka dengan rapi.

Ketua kelas Bima dan Syahrul, yang kebetulan lewat, melirik ke arah mereka dan tersenyum ganjil. "Ini buat apaan?" tanyanya dengan nada kebingungan, rambut panjang dengan ikatannya seperti bergerak ganjil juga, udah kaya ekor kucing kalo nemu satu hal yang bikin dia penasaran.

"Wissss!!! Santai boss, itu benda paling penting buat kelangsungan bisnis seblak kelas kita!" kata Bima dengan semangat yang langsung mendapat afirmasi dari Syahrul dan beberapa cowok yang lagi bantu angkat-angkat dan beberes, sementara itu murid cewek yang lain menolak untuk ikut campur dengan ide Bima dan Syahrul yang tanpa persetujuan ketua kelas itu karena terlalu absurd.

"Apaan si? Kenapa benda kaya gini harus ada di usaha kelas kita?!" ketua kelas masih merasa ganjil dengan benda yang ia pegang.

"Ini itu penglaris buat usaha kita, gimana si? Penjualan kita bakal meroket kalo ada ini! Kelas kita akan menang!" ujar Syahrul dengan semangat. Benda yang dimaksud adalah sebuah boneka dari jerami yang diberi pakaian anak perempuan.

"Gue buang aja deh! Aneh banget!" si ketua kelas udah jengkel.

"Jangan dong!" teriak Bima dengan memelas.

"Plis, jangan dong!" tambah Syahrul memohon.

"Jangan gitu lah KM!" salah satu cowok yang setuju dengan ide gila itu juga ikut memelas.

Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang