Kini hari bahagia sekaligus hari sedih bagi anak SMA Angkasa Dirgantara, karena ini adalah hari terakhir ujian. Mereka akan sedih kehilangan sahabat, teman, guru, dan suasana sekolah ini. Mungkin memang terbebas dari pelajaran yang membuat otak rasa nya mau meledak, tetapi pasti akan berat untuk berpisah dengan teman teman. Apalagi, masa SMA adalah masa terindah para remaja.
Salsa dan Novia sedang berbincang kecil sambil berjalan menuju kantin, mengisi perut setelah lelah mengerjakan soal ujian SNBT yang begitu rumit. Mungkin ini hari terakhir anak kelas dua belas ke kantin.
Salsa dan Novia memesan mie ayam dan es teh, lalu membawa nya ke meja paling tengah kantin. Salsa mengambil saus yang ada dimeja, kemudian menuangkannya ke dalam mangkuk mie ayamnya. Setelah selesai dengan saus, ia mengambil sambal, namun suara dering ponsel Salsa membuat gadis itu menghentikan pergerakannya mengambil sambal, mengambil ponsel, lalu mengangkatnya.
penuh semangat.
"Iya kenapa, Aro?" tanya Salsa. Sambil melanjutkan menuangkan 1 sendok sambal ke dalam mie ayam nya. Lalu mengaduknya dengan sumpit yang sudah disediakan.
"Nanti jadi kan?"
"Iya jadi kok."
"Oke, jam 12 ya dihalte. Bye bye dear. Ehhe." Aro cengengesan.
Salsa terkekeh pelan, sambil terus mengaduk rata mie ayamnya. "Siap."
Setelahnya panggilan dimatikan.
Salsa kemudian melahap mie ayam nya.
"Lo mau ngapain sal?" tanya Novia yang sedang melahap mie ayam tanpa diberikan saus maupun sambal.
"Kerumah ortu aku." jawab Salsa.
"Ngapain?"
"Sesuatu deh." ucap Salsa.
"Ish."
Salsa dan Aro memang mau merencanakan kerumah orang tua Salsa. Salsa ingin meminta bantuan sekaligus meminta izin mengugat Lian cerai. Entah akan di izinkan atau tidak nantinya, Salsa hanya berdoa semoga di izinkan.
Orang tua Salsa memang tidak pernah tau kalau putrinya itu sering kali disakiti Lian. Semoga Rossa dan Mahesa percaya dengan cerita Salsa nantinya.
****
"Sus tolong dong kasih tau saya!" paksa Lian berkali-kali pada suster yang saat itu merawatnya.
Suster itu menggelengkan kepala, "tidak bisa."
"Tapi kenapa?!" tanya Lian. Ia mulai kebingungan harus mencari tahu bagaimana lagi. Rina sedari tadi sedang sibuk dengan pasien yang akan dioperasi, dan suster tidak mau memberitahunya sama sekali.
"Saya harus amanah." jawab sang suster sambil sibuk menyiapkan makan siang untuk pasiennya.
Lian menjambak rambutnya kesal. Ia mengambil 5 lembar uang berwarna merah, ditodong kan ke suster itu.
Lagi-lagi suster itu hanya menggeleng, lalu membawa nampan berisi bubur dan air putih, melewati Lian begitu saja.
"Sial." umpat Lian.
"gue harus dapet info hari ini juga!"
"Eh tunggu, kenapa gue segitu nya banget ya? Kenapa sih perasaan gue?" heran Lian pada diri sendiri.
Lian menduduki bangku panjang didepan kamar pasien nomor 12, entah ruangan siapa, Lian tidak peduli. Ia terus mengoceh tidak jelas.
"Siapa ya kira kira orangnya? Cewe atau cowo?"
"Kalo cowo gue kasih apapun semau dia, kalo cewe gue perlakukan dia seperti puteri kerajaan. Eh masa segitunya sih?"
"Gue pulang aja kali ya.."
