Sudah satu minggu ini, hubungan rumah tangga Salsa dan Lian sudah membaik. Meski Salsa terkadang masih kepikiran Aro, tapi lama kelamaan pikiran tentang Aro berkurang. Lian pun menjalani hidupnya dengan bahagia, bersama Salsa setiap hari, mengurus bisnisnya yang lancar. Hidup Lian jadi tenang dan damai, meski rasa bersalah kepada Salsa masih ada. Rasa bersalah karena pernah menyakiti Salsa.
Malam hari ini, Lian kembali kerumah dengan wajah gembira berseri-seri. Setelah lelah dari resto nya, Lian langsung lega setelah sampai rumah.
Ditangan kanan nya ia membawa sesuatu untuk istrinya, Salsa.
Lian memencet bel rumah nya, padahal biasa nya ia langsung masuk tanpa perlu memencet bel. Ini taktik Lian agar Salsa menyambut nya seperti layak nya seorang istri di sinetron.
Tak butuh waktu lama, pintu terbuka. Menampakkan seorang wanita cantik nan polos. Salsa tersenyum tipis melihat Lian pulang.
"Tumben pake mencet bel segala?" tanya Salsa.
"Hehehe." cengir Lian tak jelas.
"Aku punya sesuatu buat kamu," kata Lian.
Salsa mengernyit heran. "Apa?" tanya nya.
Lian tersenyum lebar, ia mengeluarkan kotak berwarna merah, ia Membuka kotak itu dihadapan Salsa dengan senyum cerah diwajah nya.
Salsa menatap kalung emas yang sangat indah yang masih tersimpan didalam kotak itu. Salsa kemudian menatap Lian, dengan senyum tipis nya. Salsa menyukai motif kalung itu. Dengan bandrol mutiara berwarna putih dan permata emas kecil ditengah nya. Simple dan elegant.
"Aku pakein ya?" izin Lian masih dengan senyum mengembang dibibirnya.
Salsa menyetujui. Ia mengangguk sebagai tanda jawaban.
Lian mengambil kalung mutiara itu, ia berjalan ke belakang tubuh Salsa, lalu memakai kan kalung itu kepada Salsa sembari menghidup aroma segar dari rambut panjang Salsa.
"Suka ngga?" tanya Lian berbisik ditelinga Salsa.
Salsa menoleh membalikkan badannya menghadap Lian. "Iya," jawab Salsa singkat
"Iya apa?"
"Iya, suka." Salsa memperjelas jawabannya.
"Cantik banget," gumam Lian dengan kekehan kecilnya.
"Siapa?" tanya Salsa.
"Kalung nya lah, hahaha." Lian tertawa girang menggoda istri nya.
"Oh," sahut Salsa datar.
Lian berhenti tertawa, ia menatap Salsa. Mengelus-elus rambut Salsa.
"Bercanda sayang. Yang cantik ya orang yang ada di depan aku lah." Lian mencubit singkat pipi Salsa.
"Oh," jawab Salsa datar lagi dan lagi.
"Kok singkat gitu sih?" tanya Lian sedih, tetapi masih dengan senyum dibibirnya. Salsa memang masih sedikit cuek ke Lian, maklum lah. Ia belum bisa Lian menerima 100%. Sebentar lagi akan bisa mungkin, melihat sikap manis Lian, Salsa pasti akan luluh lama-lama.
Senyum jahil langsung muncul dibibir Lian. Lian mendekatkan wajah nya ke Salsa, Lian mengecup bibir Salsa singkat. Salsa membelalakkan mata nya, ia memegang bibirnya. Lalu Salsa memukul bahu Lian.
"Ih, nakal!" pekik Salsa.
Lian terkekeh gemas melihat Salsa. Ia mencubit kedua pipi Salsa lalu mencium pipi kanan Salsa. Salsa pun mendorong tubuh Lian, lalu menutup pintu utama dan pergi dari hadapan Lian.
"Eh mau kemana?"
"Makan malem, ayo." Salsa berjalan ke meja makan dan mengajak Lian untuk makan malam.