"Aro kenapa ngaku ini anak Aro? Kenapa?" tanya Salsa, ia memalingkan wajah nya menatap kolam renang.
"Karna gue tau, lo ngga mau kan harus hidup sama Lian?" Aro duduk di kursi yang terdapat dipojok teras kolam.
"Iya, aku emang bener-bener ngga mau sama Lian lagi. Tapi kamu? Berkorban?" Salsa ikut duduk dikursi sebelah Aro, ia menatap Aro.
"Apapun buat lo, Sal. Sekali pun itu bukan anak gue," ucap Aro, Ia mengusap wajah nya gusar. Lalu menatap Salsa dengan tatapan sendu.
"Kenapa? Lo ngga setuju cara gue?" tanya Aro.
"Tapi Aro.. masa depan kamu gimana? aku yakin masa depan kamu pasti cerah! Aku ngga mau ngebebanin kamu," ujar Salsa sedih. Ia begitu terharu, Aro sampai mau mengaku jika itu anak nya, hanya demi Salsa bahagia. Tetapi Salsa tak mau merusak masa depan Aro.
"Ngga, Masa depan gue cerah kalo ada lo dihidup gue," balas Aro tersenyum tulus.
"Tapi Aro," jeda Salsa. "Aku ngga mau Aro ngorbanin ini semua cuma buat aku, kasian nanti kalo orang tua Aro tau, gimana perasaan mereka? ngga Aro, aku ngga bisa egois. Meskipun aku mau nya sama Aro, tapi aku ngga mau egois." Salsa menggelengkan kepala nya.
Salsa menatap Aro lekat. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Aro melakukan ini? Berkorban hanya untuk diri nya bahagia? Salsa memang tidak mau hidup dengan Lian lagi, ia benar benar tidak bisa move on dari kejadian yang telah berlalu. Mana mungkin Salsa bisa melupakan begitu saja kejadian yang begitu pahit dihidupnya. Tak mudah untuk melupakan masa lalu yang pahit, Salsa memaafkannya saja sudah hebat, siapa yang punya hati sebaik Salsa? Ia masih Mau memaafkan Lian setelah apa yang Lian lakukan dulu.
Salsa mencintai Aro, karena hanya Aro yang selalu ada di sisi nya selama ini, bukan Lian kan? justru dulu Lian malah menyia-yiakan nya, mencampakannya, menyakiti nya, dan Aro sebaliknya. Aro baik, selalu men support nya, membuat nya bahagia, Aro juga lah yang mengurus masalah perusahaan Mahesa, tanpa Aro mungkin kini Salsa masih hidup menderita bersama Lian.
Aro sudah sangat banyak berkorban dihidup Salsa. Ia manusia yang diciptakan tuhan untuk melindungi Salsa. Salsa merasa diri nya tak pantas dicintai Aro. Salsa tak enak pada Aro, selama ini Salsa telah merepotkan hidup Aro. Dan sekarang? Aro berkorban lagi.
"Sal," Aro menangkup kedua pipi Salsa. "Dengerin, gue," ucap Aro serius menatap mata Salsa.
"Lo sama sekali ngga egois, ini kemauan gue. Lo wanita terspesial yang pernah gue temuin, gue ngga mau cewe gue menderita sama cowo ngga bener kayak dia. Gue sanggup ngadepin ini semua, ngadepin orang tua gue, ngadepin keadaan, percaya. Apapun buat lo, Sal," ucap Aro tulus dari hati nya. Salsa berkaca-kaca mendengar ucapan Aro.
"Ngga Aro, ngga bisa. Aro udah baik banget selama ini. Aro juga udah bantu papah aku buat perusahaan papah, Aro udah bantu aku buat bangkit dari keterpurukan, Aro udah luangin banyak waktu cuma buat aku. Sekarang, aku ngga bisa liat Aro berkorban lagi." Salsa tetap saja menggelengkan kepalanya, ia tidak setuju.
Aro menghela nafas. "Gue yang mau, bukan karena terpaksa. Emang lo mau sama Lian lagi? gue ngga bisa liat lo sama bajingan itu lagi, nanti dia bisa macem-macem sama lo dan calon anak lo, lo ngga mau itu terjadi kan? Oleh karna itu gue disini sangat sangat bersedia buat lo dan calon anak lo. Okay?"
Salsa terdiam. Merenungkan semua perkataan Aro yang memang ada benar nya. Ia bahkan tak percaya terhadap Lian, Salsa masih trauma. Ditambah Salsa sedang mengandung, ia semakin takut jika hidup bersama Lian. Dan oh ya, Satu lagi, bagaimana jika perusahaan Mahesa direbut lagi?
"Okay?" ucap Aro sekali lagi lalu tersenyum hangat.
Sebuah air mata jatuh begitu saja membasahi pipi Salsa. Mata nya sudah berkaca-kaca sejak tadi. Ia tak percaya Aro sangat baik pada nya.