50

1.7K 88 9
                                    

Salsa memegang koper nya, ia berjalan perlahan, menatap Lian yang wajah nya sudah basah dipenuhi air mata yang terus mengalir. Salsa tak menyangka Lian sampai menangis hanya karena Salsa pergi.

Lian hanya diam, pandangannya kosong menatap Salsa. Hati nya benar benar sudah hancur, dan tak bisa dibetulkan kembali. Inilah kali pertama seorang Lian menangis didepan Salsa dan ia menangis sejadi jadi nya.

Tubuh nya sangat lemas, namun ia paksakan untuk tetap berdiri.

Salsa berjalan perlahan melewati Lian, setelah melewati Lian. Salsa langsung berlari kecil bersama kopernya, ia membuka pintu utama, Salsa menoleh menatap Lian yang masih terbengong disana.

Hati Salsa serasa menjerit menatap punggung Lian yang rapuh.

"See you, Lian Danendra Akarsena," ucap Salsa pelan.

Salsa menutup pintu nya dengan sangat pelan.

Lian membalikkan tubuh nya, ia menggeleng kuat, lalu berlari sangat cepat kearah pintu, ia membuka nya.

Lian memegang kedua telapak tangan Salsa. Salsa langsung melepas tangannya dari Lian,

"Sal..." lirih Lian, ia mengusap air mata nya kasar, tetapi percuma, karena air mata Lian jatuh lagi membasahi sebagian wajah Lian.

"Lian, aku mohon, jangan kayak gini!" Salsa memekik, ia sangat iba melihat Lian sampai segitunya.

"Jangan kayak gini? Ini semua karna lo mau pergi, Sal. Tolong ngerti, gue nggak punya siapa-siapa lagi selain lo," ucap Lian dengan sorot mata melemah.

"Gue mau hidup sama lo, dan inget Sal," Lian memegang perut Salsa yang masih rata. "Ini anak kita."

"Hubungan ayah dan anak ngga bisa dipisahin." Salsa menyingkirkan tangan Lian dari perutnya. Salsa juga tahu itu anak Lian, tapi Salsa tak mau hidup dengan Lian lagi, ia trauma.

"Please, Kasih gue satu kesempatan! Gue janji ngga akan kecewain lo, Salsa." Salsa tetap diam menatap Lian yang ingin melanjutkan ucapannya.

Lian memegang kedua bahu Salsa "Lo liat mata gue," kata Lian menatap Salsa intens.

Salsa mendongak, menatap mata Lian yang begitu memilukan, sembab, merah, dan tatapannya sendu.

"Aku serius, sumpah demi tuhan. Aku udah berubah, kamu jangan takut lagi aku ngga akan nyakitin kamu lagi. Tolong jangan tinggalin aku." Lian berucap menggunakan bahasa aku-kamu dengan nada serius, namun begitu jelas tersirat kesedihan yang begitu dalam.

Salsa tetap diam menatap mata Lian lekat, tatapan Lian begitu serius, ia mengucapkan dengan serius.

"Ayo, masuk kerumah."

Salsa menggeleng pelan. "Aku ngga bisa," tolak Salsa. Wajah Lian sangat sedih, ia langsung terduduk rapuh, menyenderkan punggungnya di tembok sebelah pintu. Ia menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Tak bisa dipungkiri, Air mata Salsa pun jatuh lagi menatap Lian. Ia sangat tak tega melihat Lian seperti ini.

Salsa pun berjalan perlahan meninggalkan Lian, ia membuka pintu pagar yang menghasilkan suara cukup bising.

Lian menoleh menatap Salsa, ia bangkit perlahan, kemudian berjalan perlahan menghampiri Salsa.

Mahesa yang sudah stand by kemudian membuka kaca mobil. "Ayo, Sal."

Salsa mengangguk pelan, lalu ia menoleh ke belakang. Salsa terkejut, tiba tiba Lian sudah ada dibelakangnya. Salsa terdiam menatap Lian.

"Sal..." lirih Lian.

Salihat Lian, Mahesa segera turun dari mobil dan menghampiri mereka.

Lian menatap Mahesa. "Om, please jangan pisahin saya sama Salsa," ujarnya memohon.

Bastard BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang