Lian dan Mawar sudah sampai tepat didepan gerbang rumah Aro. Terlihat Salsa sedang berjongkok didepan gerbang sambil menutupi wajah nya dengan kedua telapak tangannya. Tubuh Salsa sudah basah kuyup, tapi Salsa malah berjongkok didepan rumah Aro yang terlihat kosong.
Dengan cepat, Lian dan Mawar turun dari mobil menghampiri Salsa disana.
"Sal!" Lian berjongkok dihadapan Salsa, mengguncang guncang pundak Salsa.
Salsa mengangkat wajah nya menatap Lian. Salsa bangkit dan segera berdiri. Lian mengikuti pergerakan Salsa.
"Lian ngapain kesini?" tanya Salsa.
Lian menghela nafas. "Sal, ayo kita pulang. Ini hujan nanti lo sakit," kata Lian lembut sembari menyentuh kedua bahu Salsa. Sekarang Lian dan Mawar juga ikut kehujanan.
"Ngga mau! Aku mau tunggu Aro, dia pasti bentar lagi pulang." Salsa menyingkirkan tangan Lian dari bahu nya. Ia berbalik badan menatap rumah Aro yang gelap.
Lian menarik tubuh Salsa ke dalam pelukannya. Lian merasa iba melihat keadaan Salsa yang kacau karena ditinggal Aro. Lian pernah berada diposisi Salsa, saat Salsa meninggalkannya Lian juga kacau keadaannya.
"Jangan kayak gini, Sal. Gue takut lo sakit," ucap Lian ditelinga Salsa.
Salsa mendorong tubuh Lian kuat. Salsa memundurkan tubuhnya, menjauh dari Lian. Salsa kembali menatap rumah Aro, ia memegangi pagar rumah Aro.
"Aro!" teriak Salsa.
Lian mendekati Salsa. Lian berdiri disamping Salsa. "Aro nggak ada, Sal."
Salsa menggeleng. Salsa tak mau percaya kalau Aro sudah pergi. "Ngga! Aro ngga ninggalin aku kok," ucap Salsa.
Lian mengusap kepala Salsa lembut. "Ayo pulang, ini udah malem, Sal."
"Lian pulang aja, jangan ngajak aku!" pekik Salsa.
Mawar yang sedari tadi diam pun berjalan menghampiri Salsa.
"Sal, ayo pulang," ajak Mawar lalu menggandeng tangan kiri Salsa.
Salsa menepis tangan Mawar. "Ngga mau. Aku lagi nunggu Aro, Mawar!"
"Tapi, Aro udah pindah ke Amerika," sahut Mawar.
"Ngga! Aro ngga bilang ke aku kalo dia ke Amerika. Aro pasti ngabarin aku, tapi nyatanya dia ngga kasih tau apa apa, itu artinya dia ngga kemana mana." Salsa terus menolak pernyataan bahwa Aro telah pergi. Salsa tak mau Aro meninggalkannya.
"Beneran, Sal. Aro kan pergi ke Amerika." Mawar menghela nafasnya, Salsa susah juga dibilangi.
"Masa Aro pindah ngga bilang ke aku, pasti kamu bohong," ucap Salsa.
Salsa terus menggelengkan kepala tak percaya. Ia menjauhi pikiran pikiran negatif. Meski itu kenyataan.
"Gue yakin Aro udah pergi. Lo aja dikasih kiriman terakhir dari dia kan?" ucap Lian.
"Hiks..." Salsa menangis. Ia teringat kata-kata Aro yang memiliki makna begitu dalam saat di telepon. Kata kata itu terus terngiang ngiang di pikiran Salsa, membuat siapa saja merasakan sedih jika mendengar kata kata Aro.
"Udah Sal ayo pulang," gumam Mawar menatap Salsa tak tega.
Salsa terus menggelengkan kepala nya, air mata nya juga terus berjatuhan.
Salsa sudah berjam-jam menunggu didepan rumah Aro. Meski kenyataannya Aro tak akan kembali. 5 tahun lagi, mungkin Aro akan kembali, seperti yang Aro tulis disurat.
Kalau Aro memang benar benar sudah pergi meninggalkannya, Salsa sangat sedih menghadapi kenyataan pahit ini.
Salsa menangis terisak-isak dibawah rintikan hujan. Hujan deras sudah mengguyur tubuh Salsa hingga tubuhnya basah kuyup.