38. Tentang Tragedi Itu

4.6K 359 75
                                    

Hai, warga pitonku sayang!

I'm back!

Vote dan komennya jangan lupa, okey?

Enjoy it all

Happy reading🌷

🌷🌷🌷
.
.
.
.
.
.
.
“Aku bahagia bisa seumur hidup sama kamu”

38. Tentang Tragedi Itu

Saga dan Fira keluar dari selimut diiringi tawa yang menggema. Tubuh Fira, Saga dekap erat sesekali ia curi kecupan demi kecupan di bibir istrinya, lalu Saga beralih menyibak dress piyama Fira ke atas sampai menampilkan perut Fira yang sudah buncit itu.

Saga mencium perut Fira dan mengusapnya pelan.

Fira yang melihat itu hanya bisa tersenyum manis, tangannya mengusap rambut Saga dengan lembut.

Saga menatap Fira, ia menggeser tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah sang istri. Matanya mengamati baik-baik setiap lekuk wajah Fira, benar-benar indah dan cantik. Saga mengakuinya Fira semakin terlihat menarik saat sedang hamil.

"Aga," panggil Fira lembut.

"Hm? Apa sayang?" Saga menanggapi memasang senyuman tipis.

"Aku sayang kamu." Fira berkata seraya mengusap kedua pipi Saga.

"Aku juga sayang Mamai," tutur Saga membuat kedua pipi Fira memerah, perempuan itu paling suka dipanggil Mamai oleh suaminya.

"Papai." Keduanya terkikik geli.

Saga mencium leher istrinya kemudian mendekap perempuan itu hangat. Matanya terpejam menikmati kebersamaan mereka saat ini.

Ponsel Saga tiba-tiba bergetar secara berulang di atas nakas, Saga terpaksa harus mengakhiri pelukannya untuk melihat siapa yang sedang mengganggunya saat ini.

"Siapa, Aga?" tanya Fira.

"Rimba." Saga menjawab, ia melirik Fira sesaat. "Sebentar ya, sayang."

Fira mengangguk. Ia bangun dari tempat tidur. "Aga, aku ke balkon ya."

"He'em." Saga bergumam pelan seraya mengetik balasan pesan dari Rimba.

Fira merapikan dress piyamanya di depan cermin, lalu kakinya melangkah menuju balkon. Ia memejamkan matanya menghirup udara sejuk malam hari yang menenangkan.

Rambut panjangnya yang terurai berterbangan karena angin kencang menerpanya. Fira mengusap perutnya, ia tidak sabar menantikan kehadiran anak pertamanya.

Sesaat Fira termenung memikirkan ucapan Rhea satu minggu yang lalu. Hatinya merasa gelisah karena tangisan permohonan Rhea selalu memenuhi otaknya. Berkali-kali Fira menelan salivanya dengan cemas.

Fira berpikir, apakah tindakannya kemarin berlebihan sampai membuat Rhea menangis seperti itu?

Tapi, Fira melakukan itu juga punya alasan. Fira tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya, kehilangan Saga selama dua bulan lebih adalah momok mengerikan dihidup Fira.

SAGALA 2:Hey, are you still there?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang