Bab 36 Sama-Sama Marah 🔞

2.2K 205 24
                                    

POV Freen

Saat ini aku dan Becky sudah keluar dari cafe tempat kami makan. Sedari tadi aku masih menggenggam tangan Becky dan mengajaknya bicara. Tapi suamiku ini hanya membalas obrolanku dengan sangat singkat dan dingin, jelas sekali dia masih marah karena hal tadi.

"Kita ke kantor lagi atau pulang baby?" tanyaku sambil melihatnya.

"Beli tas dan cincin untukmu dulu.." ucapnya tanpa melihat ke arahku.

"Tidak perlu lagi, kita ke kantor aja.." ucapku lalu melepaskan genggaman tangan kami.

Sebenarnya aku masih menginginkan tas dan cincin itu, hanya aja melihat Becky yang tidak mood ini membuatku tidak tertarik untuk pergi belanja.

Sedangkan Becky dia hanya diam tidak merespon apapun perkataanku tadi, tetapi dia kembali menyatukan tangan kami berdua, lalu berjalan memasuki Mall dan setibanya kami di salah satu toko cincin berlian, Becky langsung memintaku untuk memilih cincin apa yang aku mau.

"Pilihlah.." ucapnya masih cuek.

Hufft..

Aku hanya bisa menghela nafas, bagaimanapun ini juga karena salah diriku yang membuatnya cemburu.

"Apa ini cantik baby?" ucapku sambil memperlihatkan sebuah cincin berlian yang sudah terpasang di jari tengahku.

"Cantik.." ucapnya singkat tanpa melihat kearahku.

Aku yang diperlakukan cuek seperti ini oleh Becky langsung melepaskan cincin tadi dan pergi begitu saja meninggalkannya.

"Mau kemana?" ucapnya sedikit berteriak karena aku sudah berjalan menjauh.

Tapi aku sama sekali tidak memperdulikan hal itu.

"Ck..aku tahu aku salah, tapi kenapa dia cuekin aku gitu. Bahkan dia sama sekali tidak melihat cincin yang ingin aku beli tadi. Jadi untuk apa dia membawaku ke tempat ini kalau dia begitu.." gumamku karena kesal kepadanya.

"Dia bahkan tidak mengejarku, awas aja kalau dia minta jatah nanti. Gak akan aku kasih lagi.." ucapku tetap fokus berjalan keluar dari Mall menuju halte tempat pemberhentian.

Aku sengaja tidak kembali ke tempat parkir mobil kami, aku mau pulang pakai taksi saja. Aku juga sudah memesannya melalui aplikasi.

"Itu dia.." ucapku saat melihat sebuah taksi mendekat.

"Atas nama Freen Sarocha Armstrong?" tanya supir taksi.

"Iya pak.." ucapku lalu membuka pintu belakang mobil taksi tersebut. Tapi belum sempat aku masuk dan duduk, ada sebuah tangan menahanku.

"Mau kemana?" tanya Becky masih dengan wajah dinginnya.

Aku tidak menjawab sama sekali dan ingin langsung masuk ke dalam mobil taksi itu. Tapi lagi dan lagi Becky menahan tanganku. Hingga supir taksi tadi harus turun menanyakan apa yang terjadi.

"Dia istri saya pak, bapak boleh pergi dan ini ongkosnya.." ucap Becky sambil menyerahkan beberapa lembar uang.

"Owh lagi bertengkar sepertinya, baiklah nona. Terima kasih.." ucap supir lalu pergi meninggalkan kami.

"Ayok pulang.." ucapnya sambil menuntunku berjalan ke arah mobil kami.

Saat ini aku sudah di dalam mobil, tapi Becky masih saja tidak menjalankan mobilnya.

"Kenapa kamu suka sekali pergi begitu saja?" tanyanya dengan nada kesal.

"Terserahku.." ucapku tidak peduli.

"Terserah katamu? Tolong diingat, dalam perutmu itu ada anakku, aku gak mau anakku kenapa-kenapa.." ucap Becky semakin kesal.

"Hanya anakmu? Ini anakku juga. Kamu pikir aku ibu bodoh yang akan mencelakai anaknya? Aku gak sebodoh itu Becky Armstrong. Aku juga rela mengorbankan nyawaku demi dia.." ucapku gak terima.

My Lovely Wife (Beckfreen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang