🪐 C&B 46

181 17 0
                                    




"Cie.. yang dapat hadiah kalung dari calon tunangannya. Semalam kalau gak salah ada yang masuk ke dalam rumah kok gak bareng sama kita ya bang, dan jarak waktunya cukup lama loh. Kira - kira ngapain aja ya bang di luar, mana cuma berdua lagi."

Pagi - pagi Shakti sudah menggoda adik bungsunya itu. Shakti memang sangat suka menggoda Aca, mungkin karena jarak usia mereka yang dekat selain sebagai kakak adik mereka bisa terlihat sebagai seorang teman. Mereka berdua sangat sering sekali saling ejek dan menjahili satu sama lainnya. Sedangkan Satria dan keluarga yang lainnya ada di sana hanya tersenyum kecil saat mendengar ejekan yang dilontarkan Shakti kepada Aca.

"Bang.. stop gak, atau aku akan.."

"Atau apa.. kabur. yah cemen, sekarang ngancemnya dikit - dikit ngancem kabur. Tapi gak masalah sekarang kan abang punya intelejen terpercaya, kamu mau kabur sampai ke lubang semut juga kamu bakal ketemu."

"siapa yank.." Grace penasaran dengan ucapan sang suami.

"masa kamu gak tau yank.. Tentu saja Djindra calon adik iparku. Dia sekarang menjadi orang kepercayaanku." ucapan Shakti berhasil membuat suasana sarapan pagi itu menjadi penuh gelak tawa. Namun bagi Aca suasana ini sangat menjengkelkan, karena dia yang dijadikan bahan ejekan oleh kedua abang dan juga kakak iparnya.

"Sudah.. sudah.. Shakti liat adik kamu jadi marah itu." tegur bunda Nita ketika melihat Aca yang meninggalkan meja makan.

*

*

*

"Djin ajaklah Aca ke butik langganan mami, antarkan dia untuk memilih gaun disana. Butik itu adalah kepunyaan sahabat mami, dan mami sudah mengatakan kepadanya. Pertunangan kalian minggu depan, jadi harus sudah mulai mempersiapkan semuanya dari sekarang."

"Aku tidak bisa mi.. nanti siang aku harus berangkat ke Singapura. perusahaan yang aku bangun bersama Gio sedang ada masalah, jadi ya... aku di butuhkan disana. Atau lebih baik mami yang ajak Aca sendiri saja kesana." jawab Djindra sambil menikmati sarapan paginya.

"Kenapa lagi perusahaanmu Djin. kenapa papi lihat akhir-akhir ini perusahaanmu sering sekali ada masalah, apa kau sudah tidak mampu untuk memimpinnya lagi. Atau jangan - jangan kau memiliki..."

"Tidak ada pi.. papi tidak perlu khwatir hanya ada sedikit kendala teknis saja." sela Djindra.

"Kalau kau memang tidak mampu untuk mengelolanya langsung, tempatkan orang kepercayaanmu disana. Atau jauh lebih baik jika kau jual saja saham kepemilikanmu." jelas papi Dharma.

"Tidak akan pi.. aku masih mampu untuk mengatasinya. Semuanya aku minta maaf aku harus berangkat sekarang juga, dan untuk mami akan aku hubungi Aca biar nanti mami bisa pergi bersamanya." Djindra langsung berdiri dan meninggalkan meja makan dan keluarganya.

"Djoen... Rasanya papi sedikit khawatir dengan adikmu itu. kenapa perusahaannya sering sekali ada masalah. apa dia memiliki musuh yang berusaha menjatuhkan lewat perusahaan miliknya."

"Papi tidak perlu khawatir, benar kata Djindra tadi mungkin hanya ada kendala teknis saja." Djoena berusaha membuat orang tuanya tidak khawatir tentang adiknya, walau ia sendiri mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.

*

*

*

"Kak.. ini laporan yang dikirim oleh kak Joe tadi pagi. Ternyata memang ada yang mensabotase pengiriman bahan baku, agar kita gagal produksi." James menjelaskan sambil memberikan berkas penyidikan yang baru ia terima tadi pagi.

"Dia bekerja sama dengan siapa. Adakah yang membantunya." Djindra memeriksa dokumen yang ada di tangannya dengan teliti.

"Ada kak. salah satu supliyer bahan mentah kita bekerja sama dengannya."

CINTA DAN BENCI || JINSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang