🪐 C&B 2

330 20 0
                                    

Sang mentari pun menunjukkan senyumannya yang cerah,, seakan berkata pada bulan.. 'istrahatlah.. aku siap menggantikan tugasmu sekarang',, di mansion yang mewah itu belum terlihat ramai aktifitas,, hanya Mytha sang menantu tertua di rumah itu yang sudah nampak sibuk dengan aktifitasnya menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah,, di bantu oleh para maid..

"Sayang.. apa sudah siap.. ayo turun kita sarapan, mami papi sudah menunggu di bawah.." ucap Mytha sambil berjalan ke arah suaminya.

"Ehmm... Baiklah aku akan segera turun,, oh ya sayang apa semalam Djindra pulang.." tanya Djoena kepada istrinya.

"Hmm... Sepertinya pulang, tapi aku belum melihatnya pagi ini sayang.. ada apa tumben kamu menanyakannya.." Mytha menjawab sambil tangannya bekerja memasangkan dasi kepada suaminya.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padanya.." ucap djoena dengan lembut, dan menatap wajah istrinya.

"Oh.. baiklah kalau begitu,, aku ke kamar Djustin dulu ya.. mas kalau sudah selesai segeralah turun.." ucap Mytha

Djoena pun hanya menjawab dengan anggukan.. setelah merapikan dasinya yang telah dipakaikan oleh sang istri,, ia pun segera turun untuk sarapan sebelum berangkat ke kantornya.

"Pagi mam.. pap... Pagi Djustin.." sapa Djoena yang mengambil duduk di seberang putranya di meja makan.

"Pagi papa.." ucap Djustin.

Tak lama berselang Djindra pun turun dengan setelan kantor yang sudah rapi. Ia akan berangkat ke kantor sendiri pagi ini, sedangkan James harus langsung ke kantor menyiapkan meeting dengan klien bersama sekretarisnya.

"Selamat pagi semuanya.." sapa Djindra

"Selamat pagi.." jawab semuanya serentak.

"Pagi uncle..." sapa Djustin

"Pagi juga boy... Kamu makan apa hmm.." tanya Djindra dengan membelai kepala dari keponakan kesayangannya itu.

"Roti selai coklat uncle.." jawab djustin

Djindra akan selalu bersikap lembut kepada keluarganya, terutama pada sang keponakan. Pria yang saat di luar terkenal dingin dan kejam, namun ketika masuk ke dalam rumah bersama keluarganya akan berubah menjadi pria yang hangat.

Mereka pun sarapan bersama, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu di atas meja makan. Sampai akhirnya...

"Djin.. apa kau hari ini ada waktu, datanglah ke kantorku kita makan siang bersama.." tanya djoena sang kakak.

"Ada apa nak.. apa ada masalah di kantor.." tanya papi Dharma kepada anak sulungnya itu.

"Tidak ada.. aku hanya ingin mengajak adikku untuk makan siang pap.. apa tidak boleh.." ucap djoena menjelaskan dengan tenang, ia tidak ingin kedua orang tuanya menjadi khawatir.

Djindra yang mendengar itu hanya melihat sang kakak sambil menautkan kedua alisnya,, seolah bertanya-tanya ada apa dengan kakaknya itu, sangat jarang kakaknya itu mengajaknya makan siang, kalau ada yang penting pasti akan langsung mendatangi kamarnya.

"Baiklah nanti akan aku sempatkan datang.. kalau begitu aku berangkat dulu ya semuanya.." ucap djindra kemudian berdiri dari tempat duduknya, lalu mencium kedua pipi maminya serta keponakannya dan melenggang pergi ke kantor.

***

Sementara Aca di rumahnya,, gadis itu juga terlihat sibuk membantu kakak ipar pertamanya menyiapkan sarapan keluarga.

Sedangkan kakak ipar keduanya,, masih berada di dalam kamar. karena kehamilannya kakak iparnya itu tidak bisa bangun pagi,, ia akan langsung merasakan pusing di kepalanya.

"Sudah Ca... Kamu tolong panggilkan yang lainnya saja ya untuk turun sarapan.. biar mbak yang menyiapkan ini semua di meja.. sama mbak nitip tolong liatin Freya ya.. dia sudah selesai mandinya atau belum..." ucap Fiona

"Ok.. siap boss.." jawab Aca semangat.

Tak selang berapa lama para penghuni mansion itu pun mulai berdatangan ke meja makan untuk sarapan.. sedangkan Aca dia datang sambil menggendong keponakannya yang lucu. Ya Aca sangatlah sayang kepada ponakannya itu,, tak jarang sang keponakan pun hampir selalu menempel mengikuti kemanapun Aca pergi.

"Shakti.. istrimu mana.. apa dia masih pusing..." tanya bunda Anita saat tidak melihat keberadaan menantu ke duanya itu di ruang makan.

"Iya bun... Dia ngeluh pusing,, ya sudah Shakti suruh tidur lagi saja... Mbak Fiona.. minta tolong nanti Grace nya di cek ya mbak, aku khawatir soalnya pusing lagi dia." ucap Shakti seraya meminta bantuan pada kakak iparnya itu.

"Iya nanti mbak bantu ngecek ke kamar sekalian anterin sarapannya.." ucap Fiona yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.

"Apa gak sebaiknya kamu bawa istrimu itu ke dokter saja Shakti.. takutnya ada apa gitu,, paling tidak dokter kan bisa kasih obat biar bisa sekalian di cek kenapanya.." ucap Satria sambil menerima piring dari istrinya yang sudah penuh dengan lauk pauk juga nasi.

"Iya bang rencananya aku juga maunya gitu.. cuma Grace nya yang gak mau, katanya bulan depan saja sekalian kontrol.." jawab Shakti yang sebenarnya sedikit khawatir dengan keadaan istrinya itu.

"Halah.. paling mbak Grace pusing hadapin tingkahnya bang Shakti yang kaya anak kecil.. yang hamil siapa,, yang rewel siapa.." saut Aca asal sedangkan tangannya sibuk menyuapi makan keponakan tersayangnya.

"Ye... Sembarangan aja ya ini bocil kalau ngomong.." jawab Shakti sambil melotot kesal ke arah Aca.

"Icchh.. Aca bukan bocil tau,, gini-gini Aca juga udah bisa kalau di suruh buat bocil sendiri.. bahkan jauh lebih lucu daripada buatan Abang berdua.." jawab Aca mengejek kedua abangnya.

"Ye mana buktinya.. kalau Abang sama bang Satria mah sudah kebukti.. tu buktinya si Freya cantik,, sedangkan Grace istri abang bisa hamil kembar. kalau kamu mana, sana buat kalau bisa.. pacar aja gak punya, pake ngaku-ngaku segala.. ya gak bang.." jawab Shakti membalas ejekan sang adik.

"Tau ini bocil.. ngomong aja pinter kamu ya,, giliran di suruh nikah aja gak mau terus.." saut satria yang sedang menikmati sarapan paginya.

"Bun.. Abang dua nih jahat banget sih sama Aca.." adu Aca merengek pada sang bunda

"Icch... Aunty kok kaya anak kecil sih.. gitu aja nangis.. masa kalah sama fleya.. fleya aja gak nangis.." ucap Freya

Merasa di bela oleh sang anak,, Satria pun menjulurkan lidahnya kedepan wajah Aca untuk mengejeknya. Ya walau Aca sudah berusia hampir 26 tahun bulan depan,, tapi dia sangatlah manja kepada kedua abangnya. Sedangkan kedua abangnya itu pun sama sangatlah suka menggoda dan posesif kepada sang adik perempuan satu-satunya itu,, bagi mereka Aca tetaplah adik kecilnya.

Sooraya Anastasya Wijaya atau yang biasa di panggil Aca adalah seorang gadis yang ceria,, berhati lemah lembut dan tulus. Dia berasal dari keluarga pebisnis terkenal dan berkecukupan,, namun Aca lebih memilih karir yang berbeda.

Jika kedua kakak laki-lakinya memilih mengikuti jejak sang ayah menjadi pebisnis handal,, walaupun Aca tidak semahir keluarganya,, nampaknya Aca tidak bisa menampik kentalnya darah keturunan. Dia lebih memilih membuka usaha toko perhiasan,, karena hobinya menggambar,, padahal latar belakangnya adalah sarjana hukum.

Lantas mengapa Aca tidak berkarir sebagai pengacara,, karena ia tidak suka di bayang-bayangi nama besar keluarganya.. Bahkan Aca tidak pernah mencantumkan nama besar keluarga Wijaya di belakang namanya. Ia ingin di kenal dengan kemampuannya sendiri,, bukan karena keluarga.

Sama halnya seperti Djindra,, Aca pun sama tengah di kejar-kejar oleh desakan sang mama untuk segera menikah. Padahal sang mama sudah mempunyai seorang cucu berusia 4 tahun. Dan akan bertambah dua lagi dalam beberapa bulan ke depan dari abangnya yang ke dua.

****

CINTA DAN BENCI || JINSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang