Aca pagi ini terbangun dari tidurnya dengan kepala yang terasa sakit dan berputar saat melihat ke sekelilingnya. Entah kenapa pagi ini Aca merasakan kondisi tubuhnya tidak fit seperti kemarin. Meski begitu Aca tetap memaksakan diri untuk tetap bangun dan segera bersiap, apalagi hari ini ia harus segera mencari venue lain untuk pameran yang sebentar lagi akan berlangsung.
Di apartemen Aca tidak memiliki bahan makanan yang bisa untuk di masak pagi ini. Karena memang apartemen miliknya ini sangat jarang ia tempati, sehingga ia tidak pernah menyimpan bahan makanan.
Aca kini selesai bersiap dan akan pergi ke minimarket terdekat dari apartemen miliknya untuk membeli sarapan pagi serta obat sakit kepala. Aca merasa kepalanya semakin terasa sakit hingga ia putuskan untuk membeli obat saja. Saat di minimarket ia merasa sedikit risih dengan keberadaan seorang laki-laki yang terus menatapnya. Laki-laki itu terus saja mengawasinya dari kejauhan seolah memang membuntuti kepergiannya sejak tadi. Karena sedikit merasa takut akhirnya Aca menyudahi kegiatan belanjanya di minimarket itu, ia pun mengurungkan niatnya pergi ke apotik untuk membeli obat dan langsung kembali pulang ke apartemen.
"Sepertinya aku mengenal gadis itu, tapi aku juga tidak yakin kenapa dia bisa berada di daerah ini. Atau hanya pemikiranku saja bahwa ia terlihat mirip dengan kak Aca. Ah... Sudahlah mungkin hanya mirip."
***
"Djin tunggu sebentar.. duduklah dulu." Djindra pun yang akan berangkat ke kantor pagi ini, terpaksa harus menundanya dan menuruti permintaan papinya untuk duduk di ruang keluarga. Disana selain ada papinya ada juga sang kakak Djoena dan James yang akan berangkat bersama dengan dirinya kekantor.
"Djin.. papi ingin tanya sama kamu. Apa keputusanmu kemarin yang bersedia dan menerima perjodohan itu memang betul. Kau sedang tidak mempermainkan kami bukan." papi Dharma langsung mencecar Djindra dengan banyak pertanyaan.
"memangnya kenapa, bukankah ini yang kalian semua inginkan." jawab Djindra santai.
"Mas harap kamu tidak main - main kali ini Djin. Dia gadis yang baik dan berasal dari keluarga yang baik juga. Mas harap kamu lebih tanggung jawab lagi kedepannya, karena kedepannya dia juga akan menjadi tanggung jawabmu."
"Ya aku mengerti." Djindra hanya menjawab sekenanya saja, sementara James sedari tadi hanya diam saja ia tidak ingin ikut campur karena itu masalah keluarga.
"kau mau kemana mi, sudah rapi seperti itu." tanya papi Dharma begitu melihat istrinya menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi.
"Djin.. ayo antarkan mami kerumah sakit sekarang." mami Tiwi tidak menjawab pertanyaan dari suaminya, melainkan berbicara kepada anak bungsunya.
"Memangnya siapa yang sakit mi.." Djoena pun merasa penasaran.
"Jeng Tiwi masuk rumah sakit. Ayo Djin anterin mami kerumah sakit."
"Tapi mi.. Djindra ada janji ketemu sama orang nanti."
"Kak.. biar aku yang tangani itu, lebih baik kau antarkan mami Tiwi terlebih dahulu." sela James yang berusaha meyakinkan.
"hmm.. kalau begitu mintalah bantuan pada yang lainnya James. aku tinggal dulu, ayo mi.. kita berangkat."
***
Sesampainya Djindra dan mami Tiwi di rumah sakit, mereka langsung menuju ke ruang VVIP di mana bunda Anita di rawat. Di dalam ruangan itu terdapat semua anggota keluarga Wijaya, bahkan Nayla yang bertindak sebagai dokter pun ada disana. Hanya satu orang yang tidak terlihat keberadaannya disana, yaitu Aca.
"tante Tiwi, kak Djin.." sapa Nayla langsung begitu melihat kedatangan keluarga dari suaminya itu.
"apa yang terjadi Nayla, bagaimana kondisi tante Nita apa dia baik - baik saja. lalu kemana Aca kenapa aku tidak melihatnya." Djindra langsung mencecar istri dari sepupunya itu dengan banyak pertanyaan, sedangkan mami Tiwi sudah berada di samping ranjang dan berbicara dengan keluarga Wijaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI || JINSOO
RomanceTerdapat konten dewasa (21+) dan mengandung unsur kekerasan,, harap bijak dalam membaca. Dua orang dengan karakter berbeda,, latar belakang dunia yang berbeda pula. namun mereka di pertemukan dalam sebuah perjodohan. akankah mereka pasrah menjalani...