Sekembalinya Aca dari menemani Djindra di Singapura, ia sudah di sibukkan kembali oleh kegiatannya. Aca kembali sibuk dengan desain-desainnya baik desain perhiasan untuk galeri miliknya, maupun desain pakaian untuk perusahaan Wang.
Bahkan sudah tiga hari ini Aca menginap di apartemen miliknya. Alasannya adalah ingin mendapat ketenangan dalam mencari inspirasi.
Namun di hari ketiga kegiatannya itu sedikit terganggu oleh Djindra. Tepatnya siang tadi pria yang menjadi tunangannya itu telah menghubunginya. Dan berkata akan mengajaknya pergi ke suatu tempat malam ini.
Tadinya Aca ingin menolak ajakan itu, tapi kenyataannya dirinya memang membutuhkan sedikit udara segar saat ini. Mungkin dengan menerima ajakan sang tunangan nanti, akan dapat membantunya menemukan inspirasi baru bagi pekerjaannya.
Aca pun segera bersiap dan berdandan, karena sebentar lagi Djindra akan datang menjemputnya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Aca untuk bersiap. Karena ia pikir hanya akan sekedar keluar jalan-jalan berdua dengan tunangannya untuk mencari udara segar, maka dia tidak terlalu heboh berdandan. Lagi pula Aca hanya mengenakan pakaian berupa midi dres sederhana berwarna nude, dan sudah pasti itu tidak merepotkan.
Tepat pukul 6.30 petang bel yang ada di unit apartemen miliknya berbunyi. Tandanya seseorang yang tengah ia tunggu telah datang untuk menjemputnya.
"Selamat malam."
Dengan senyuman ramah Aca pun menyambut hangat sapaan itu.
"Malam juga mas.. silahkan masuk mas."
Djindra pun melangkah masuk ke dalam apartemen milik tunangannya itu dan memilih untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Mas mau minum apa, akan aku ambilkan."
"Tidak perlu. Apa kamu sudah selesai bersiap."
"Apakah kita harus pergi sekarang juga mas."
"Hmm... Lebih cepat lebih baik."
"Baiklah kalau begitu tunggu sebentar, aku akan mengambil tas di dalam terlebih dahulu."
Aca pun melangkah masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas miliknya.
Sedangkan Djindra yang di tinggal sendiri di ruang tamu tampak serius mengamati suasana apartemen. Walau apartemen Aca tidak seluas apartemen miliknya tapi terlihat cukup nyaman dan rapi.
"Memangnya kita mau kemana mas."
"Hmm... Aku akan membawamu ke suatu tempat. Aku harap nanti kamu akan menyukainya."
Aca pun heran dengan perkataan tersebut. Hari ini tunangannya ini memang terlihat sedikit aneh. Dimulai dari siang yang menelpon dan berkata mereka akan pergi berdua malam ini, dan dirinya diminta untuk bersiap. Tanpa memberitahukan akan pergi kemana dan terkesan sangat mendadak, bahkan Djindra masih memakai setelan kantornya saat ini.
"Oh ya mas.. apa kak Gio sudah kembali ke Singapura. Dan apa dia sudah berhasil menemui mbak Hera."
Mereka berdua kini tengah berada di dalam mobil dan dalam perjalanan ke tempat yang sudah di siapkan oleh Djindra. Selama perjalanan Aca berusaha membuat suasana tidak terasa sepi dengan mengajak Djindra berbicara banyak hal.
"Sepertinya mereka belum bertemu dan mungkin hal itulah yang menyebabkan Gio belum juga kembali ke Singapura. Tapi entahlah.. memangnya kenapa."
Aca bertanya soal Gio dan Hera bukan tanpa sebab. Karena sejak kejadian di resort ia sama sekali belum bertemu kembali dengan Hera.
Sedangkan melihat usaha keras dari seorang Gio untuk bisa berbicara kembali dengan Hera sangatlah terbukti nyata. Buktinya pada saat di Singapura Gio rela ikut terbang bersama dengan Aca dan Djindra juga Yuda dan Nayla yang ingin kembali ke Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI || JINSOO
RomanceTerdapat konten dewasa (21+) dan mengandung unsur kekerasan,, harap bijak dalam membaca. Dua orang dengan karakter berbeda,, latar belakang dunia yang berbeda pula. namun mereka di pertemukan dalam sebuah perjodohan. akankah mereka pasrah menjalani...