🪐 C&B 4

265 20 2
                                    

Yuda dan Djindra akhirnya masuk ke dalam ruangan VIP restoran itu,, Djindra yang masih terlihat kesal karena kejadian tadi berusaha untuk tenang. Di dalam sana sudah terdapat Djoena kakak mereka yang sudah menunggu.

Melihat ke dua adiknya datang,, Djoena hanya duduk diam tanpa ada niat untuk berdiri menyambut mereka.

"Kalian pesanlah makan dulu.. setelah itu baru kita bicara.." ucap Djoena sambil terus fokus melihat ke arah ponselnya.

"Sebenarnya mas Djoena mau bicara apa,, aku tidak punya banyak waktu.." saut Djindra tidak sabar.

"Kenapa harus buru-buru Mr. J,, kau kan bosnya apa yang tidak bisa kau tinggalkan.. "ucap Djoena dengan memperlihatkan senyum sinisnya.

Yuda yang melihat wajah Djoena yang sangat serius itu,, tak berani ikut berbicara. Ini pertama kalinya bagi Yuda melihat kakak sepupunya itu seserius ini. Dan apa tadi yang Yuda dengar,, Djoena memanggil Djindra dengan sebutan Mr. J,, itu artinya benar kalau kakak sepupunya itu sudah mengetahui semuanya. Mendengar kenyataan itu Yuda semakin tidak berani menyela,, Yuda hanya diam menurut untuk memesan makan siangnya.

Setelah menyelesaikan makan siang mereka,, ruangan itu kembali hening. Jika tadi masih terdengar suara sendok dan garpu yang saling bersahutan,, namun sekarang terasa sunyi. Ketiga orang laki - laki dewasa di dalam ruangan itu terlihat kompak untuk diam. Sudah sepuluh menit lamanya belum ada satupun yang berniat untuk mulai bicara. Mereka bertiga sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Ehem... Djustin gimana kabarnya mas.. pasti makin pinter ya.." tanya Yuda yang bermaksud mencoba memecah kesunyian.

Usaha Yuda nampaknya berhasil. Tapi bukan jawaban dari pertanyaannya yang ia dapatkan,, tapi ketegangan yang semakin meningkat.

"Sebenarnya apa maumu J,, kenapa kau melakukan ini.." tanya Djoena tegas.

"Maksud mas apa bertanya seperti itu.. dan aku tidak suka mas Djoena memanggil ku seperti itu.." jawab Djindra dengan kesal.

"Kau tidak usah berkelit lagi J.. mas sudah tau semuanya.. dan memangnya kenapa kalau mas memanggilmu seperti itu.. bukanya kau memang terkenal dengan sebutan itu.. Mr. J.." ucap Djoena dengan tegas.

Djindra yang mendengar itu semakin enggan menanggapi kakaknya. Djindra hanya memutar bola matanya dengan malas sebagai tanggapan pertanyaan dari sang kakak. Djindra yang sudah tersulut emosi sejak ia berdebat dengan seorang gadis di depan tadi,, sekarang sang kakak makin membuatnya semakin emosi.

"Mas Djoena tidak perlu ikut campur urusanku.." tegas Djindra

"Lebih baik mas Djoena urus perusahaan papi. dan jaga keluarga mas sendiri,, ingat di sana aku juga ada bagian saham ku meskipun tidak banyak,, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada perusahaan papi.." lanjut Djindra berusaha meredam emosinya.

'prok.. prok... Prok...'

Djoena menanggapi kata-kata dari adiknya ini dengan bertepuk tangan sangat keras dan menampilkan senyum sinisnya.

"Wah lihatlah Yud.. sepupu sekaligus sahabatmu ini sudah bisa menasehatiku tentang bagaimana caranya menjaga perusahaan dan keluarga.. sudah merasa hebat kau rupanya Djin." ucap djoena menantang sang adik.

"Mas Djoena.. tenang mas.. dia tidak bermaksud seperti itu. maksud Djin,, mas Djoena tidak perlu merasa khawatir mas. Bukan bermaksud yang lainnya mas." ucap Yuda mencoba menenangkan kakak sepupunya itu, Yuda paham betul bagaimana kedua kakak beradik itu jika sama-sama tersulut emosi.

"Khawatir.. apa kalian tahu arti dari kata-kata khawatir. apa kalian tahu rasanya seorang ibu menjadi gelisah karena khawatir terhadap putranya. dan apa kau juga tau Djin,, kalau keponakan kesayangan mu itu tiga hari yang lalu hampir saja di culik di sekolahnya. apa kalian tahu semua itu sebagai omnya.." jelas Djoena dengan menahan emosinya.

CINTA DAN BENCI || JINSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang