Saat ini Djindra sudah berada di kantornya. Baru saja duduk pada kursi kebesarannya ia sudah menerima banyak berkas dari sekretarisnya yang harus segera ia tandatangani. Ia harus segera menyelesaikan semuanya agar tidak mengganggu acaranya nanti siang.
'tok..tok..tok..'
"Masuk."
"Kak J.. ini proyek yang aku bicarakan tempo hari kak. Setelah aku selidiki perusahaan ini pada posisi hampir bangkrut kak." Ucap James sambil meletakkan berkas itu di atas meja Djindra.
"Yang lebih anehnya lagi kak, mereka menjanjikan keuntungan yang cukup besar bagi kita jika mau berinvestasi pada proyek ini. Ya walaupun setelah aku pelajari proyek ini memang akan sangat menguntungkan di masa yang akan datang." Tambah James.
Djindra pun mempelajari proposal yang saat ini ada di hadapannya. Secara konsep dan materi memang sangat menjanjikan, akan tetapi Djindra ragu dengan kredibilitas perusahaan yang berada di ambang pailit itu. Akankah perusahaan yang sedang berjuang untuk bangkit bisa menjalankan proyek sebesar ini, lantas apa juga yang melatarbelakangi mereka sangat memaksa kepada perusahaannya agar mau bergabung.
"Atur waktu untuk bertemu dengan perusahaan ini James. Tapi sebelum itu selidiki terlebih dahulu latar belakang keluarga Sofyan, dan selidiki juga track record perusahaannya lebih dalam lagi." Ucap Djindra.
"Apa kau yakin kak ingin bertemu dengan mereka. Dan sebenarnya apa yang ingin kau selidiki kak."
"Semuanya, aku ingin tau sebenarnya motif apa yang membuat mereka bersikukuh padahal sudah jelas kita tolak berulang kali." Ucap Djindra yakin kalau perusahaan itu mempunyai motif tersembunyi.
"James infokan pada semuanya untuk datang ke mansion, karena nanti malam mami mengajak mereka semua untuk makan malam dirumah. Ah... Ya satu lagi, nanti saat makan siang aku ada keperluan di luar gantikan pekerjaanku setelah itu."
"Memangnya kau mau kemana kak J, dan apa kau bisa sendiri tanpa mengajakku bersamamu." Cecar James sedikit curiga.
"Kau tidak perlu tau aku akan kemana, dan aku bukan anak kecil yang selalu harus bersamamu." Jawab Djindra sinis.
Mendengar jawaban itu James pun segera keluar dari ruangan Djindra. Padahal James hanya mengkhawatirkan kondisi bosnya itu, karena baru saja melakukan operasi. Djindra tiba-tiba berpikir rasanya tidak akan aman kalau mengajak Aca bertemu di hotelnya, ia harus segera merubah lokasi pertemuan mereka. Agar pertemuan mereka nanti tidak jadi bahan gunjingan oleh para sahabatnya, terlebih lagi Leo dan istrinya tengah menginap di hotel miliknya itu.
***
"Mbak Fitri nanti tolong jaga galery saja ya dan tolong awasi sejauh mana perkembangan produksi perhiasan yang akan kita pamerkan nanti. Pastikan semuanya berjalan sesuai dengan target dan tenggat waktu yang sudah di tentukan. Mengingat waktu kita sudah tidak banyak, saya tidak mau terjadi kesalahan sekecil apapun." Jelas Aca kepada asistennya yang berada di galery perhiasan miliknya.
"Baik mbak. Kalau boleh tau memangnya mbak Aca ingin pergi kemana ya."
"Hari ini saya akan pergi menemui pemilik hotel Diamond, untuk meminta keringanan harga padanya. Doakan supaya usaha saya berhasil ya mbak, agar nantinya tidak ada kendala berarti ketika kita melakukan pameran." Ucap Aca yang membereskan kertas-kertas desainnya di atas meja.
TING
{Temui saya di restoran xxx di jalan xxx pada saat makan siang.}
Mendengar ponselnya berbunyi ia pun segera mengambil dan membukanya. Aca yang melihat ada pesan masuk itu membuatnya terkejut. Pesan itu datang dari pimpinan hotel Diamond yang akan ia temui nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI || JINSOO
RomanceTerdapat konten dewasa (21+) dan mengandung unsur kekerasan,, harap bijak dalam membaca. Dua orang dengan karakter berbeda,, latar belakang dunia yang berbeda pula. namun mereka di pertemukan dalam sebuah perjodohan. akankah mereka pasrah menjalani...