Jangan lupa untuk vote❣️
Pada hakikatnya setiap manusia memiliki hak individu masing-masing, hak untuk memilih hak untuk bersuara hak untuk marah dan lain sebagainnya. Namun hal itu sepertinya sedikit sulit untuk diperoleh Aca sepenuhnya, karena sejak sang ayah meninggal dunia semua hak individu yang seharusnya melekat pada dirinya seolah-olah ikut pergi meninggalkan dirinya. Aca tidak lagi bisa menyuarakan pendapat dan keinginannya, dia hanya bisa menuruti semua yang sudah di atur oleh bunda dan abangnya.
Saat tiba di mansion keluarga Wijaya, Satria yang sudah menahan kemarahan semenjak berada di restoran tidak mampu menahannya lagi. Satria merasa sudah di permalukan oleh sang adik yang menolak secara terang terangan perjodohan tadi.
"Abang tidak menyangka kamu bisa berbuat seperti tadi Ca. Tidak bisakah kamu berbasa basi atau apapun yang tidak membuat mereka tersinggung, apalagi mempemalukan kami semua disana. Terutama bunda, kamu sudah tega mempermalukan bunda disana Ca." Satria meluapkan semua emosinya.
Jawaban Aca membuat anggota keluarganya merasa malu dihadapan keluarga Wiratama, terutama sang abang sulung Satria. Satria merasa malu dengan keluarga sahabatnya, ia memang sudah memperkirakan akan ada penolakan. Tapi Satria tidak menyangka kalau adik perempuannya itu akan menjawab tidak secara tegas.
"kenapa harus malu bang. bukankah sudah biasa aku menolak perjodohan. Jadi tidak perlu membesar - besarkan sesuatu yang tidak penting."
"Tutup mulutmu Ca. Mereka itu berbeda, mereka keluarga terhormat sekaligus sahabat dari alm ayah. Apa kau tidak bisa menghormati mereka, kemana sopan santunmu." Satria terus saja marah sambil berteriak kepada adik bungsunya. sedangkan Shakti dan sang bunda mencoba menghentikan amarah Satria.
"Bang.. sudah cukup bang, jangan dilanjutkan lagi."
"Satria kasihan adikmu, sudahlah hentikan semuanya."
"kenapa.. kenapa abang begitu marah sama aku. Tolong berhenti mengatur hidupku, kenapa sejak ayah meninggal kalian semua selalu mengatur semuanya untukku. Dari mulai aku sekolah dimana, jurusan apa yang harus aku pilih semuanya kalian yang atur. Bahkan sekarang kehidupanku di masa depan, calon suami ku juga kalian yang menentukan. Aku tidak bisa menentukan kehidupan ku sendiri, semuanya harus sesuai keinginan kalian. Aku lelah terus saja kalian atur, aku lelah harus selalu mengikuti kalian semua. Aku lelah bang.." dengan terisak Aca mengungkapkan semua keresahan hatinya.
Ya Aca rasanya sudah lelah dengan semuanya. Ia selalu merasa sesak dalam dirinya seolah tidak bisa bergerak bebas dengan apa yang ia mau. Hanya sekali dimana sang Abang mengabulkan permintaannya, ketika ia ingin membuka galeri perhiasan miliknya. Satria awalnya menolak keras keinginan dari Aca, karena ia menginginkan Aca ikut bekerja di perusahaan sebagai direktur bagian hukum sebagaimana background pendidikannya. Karena Satria ingin lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi Aca jika ia berada disekitar Satria.
Namun keinginan Aca yang kuat ingin menyalurkan hobinya dan ingin lepas dari bayang-bayang sang abang, tentu saja Aca menolak keras keinginan Satria. Saat itu Aca bahkan harus memohon dengan sangat agar sang kakak mengabulkan permintaannya. Berkat bantuan dari Fiona istri dari abangnya yang ikut membantu membujuk agar diizinkan melakukan sesuai keinginannya, akhirnya Aca memperoleh keinginannya dengan segala syarat yang sudah di tentukan oleh Satria.
"Baik kalau kau sudah tidak ingin di atur, kau boleh pergi dari sini. Silahkan hidup sesuai dengan keinginanmu di luar sana."
"Bang."
"Satria."
Serentak semuanya terkejut dengan keputusan dari Satria, bagaimana bisa ia mengusir adiknya sendiri. Satria adalah sosok yang paling menyayangi adiknya Aca, waktu Aca lahir dulu dia adalah orang yang pertama paling senang. Tapi sekarang dengan teganya ia mengusir adik kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI || JINSOO
RomanceTerdapat konten dewasa (21+) dan mengandung unsur kekerasan,, harap bijak dalam membaca. Dua orang dengan karakter berbeda,, latar belakang dunia yang berbeda pula. namun mereka di pertemukan dalam sebuah perjodohan. akankah mereka pasrah menjalani...