Pagi ini seperti biasa keluarga Wiratama memulai aktivitas mereka dengan makan pagi bersama. Diatas meja makan sudah siap berbagai macam hidangan yang di buat oleh Mytha menantu sulung dari keluarga itu dibantu oleh para pelayan. Dari mulai makanan yang ringan seperti roti selai dan sereal sampai makanan berat seperti bubur ayam dan nasi goreng sudah siap untuk disantap bersama.
Suasana sarapan pagi tidak ada yang berbeda dari hari-hari biasanya. Orang tua anak menantu dan cucu semuanya berkumpul dalam satu meja. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan disana, hingga akhirnya suara sang kepala keluarga rumah itu memecahkan keheningan.
"jangan lupa nanti malam kita ada makan malam bersama dengan kolega papi kalian semua harus ikut datang. Tepatnya nanti pukul tujuh malam kita harus sudah sampai disana." papi Dharma mengingatkan semua anggota keluarganya.
"Sepertinya Djin nanti tidak bisa ikut pi, maaf. Karena nanti Djin harus bertemu klien dari Singapura bersama dengan Gio." Sahut Djindra di sela-sela makan sarapan paginya.
"Bukan kah kemarin papi sudah kirim pesan kepadamu lebih awal Djin, tentang acara papi ini. Ini bukan hanya sekedar kolega bagi papi tapi mereka sudah seperti sahabat dan keluarga sendiri, mereka sudah banyak membantu keluarga kita."
Mendengar ucapan sang papi, Djindra menjadi sangat heran dan curiga di buatnya. Karena tidak biasanya papi Dharma memaksanya ikut untuk makan malam bisnis seperti ini. " Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan makan malam nanti. ini bukan akal akalan dari mami kan untuk kembali menjodohkan Djindra." Djindra menatap curiga kepada mami Tiwi.
"apa maksudmu Djin, kamu nuduh mami. Mami saja tidak tau kalau papi mengajak makan malam dengan koleganya, baru semalam papi bilang sama mami. Tapi sekarang mami yang dituduh oleh anak sendiri." kesal mami TIwi.
"Sudah.. sudah.. pokoknya nanti papi tidak mau tau ya Djin, kamu harus ikut datang bersama kami. Bilang sama Gio suruh dia sendiri yang bertemu dengan rekan bisnis kalian. Oh ya Djoen.. papi minta tolong kamu aturkan tempat di restoranmu untuk papi, kemarin papi lupa untuk mengatakannya kepadamu." Djoena yang mendengar permintaan dari papi Dharma hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya.
Djindra yang sudah tidak berselera menghabiskan makan paginya langsung berpamitan untuk berangkat ke kantornya. Ia masih menaruh curiga bahwa ini semua adalah bagian dari rencana sang mami yang ingin menjodohkannya kembali.
***
"kak apa kau serius tidak ingin menemuinya nanti." James yang mengikuti Djindra masuk ke ruangannya karena ingin mnyerahkan berkas yang harus di tanda tangani oleh bosnya itu.
Awalnya Djindra tidak paham apa dan siapa yang di maksud oleh James. Tapi tidak lama ia pun tau kemana arah tujuan pembicaraan ini. "untuk apa lagi aku harus menemuinya kembali." sahut Djindra yang tangannya sudah mulai sibuk memeriksa berkas yang sudah berada di mejanya.
"ya untuk meminta maaf kepadanya secara langsung kak J, kau ini bagaimana masa begitu saja harus aku beritahu kak."
"itu tidak perlu. bukankah kemarin aku sudah mengirimnya sebuah karangan bunga, bahkan aku juga menulis kartu maaf kepadanya. Jadi untuk apa harus bertemu lagi, membuang waktu saja." ucap Djindra acuh, sementara James yang mendengarnya hanya bisa geleng - geleng kepala. Ia rasanya ingin menyerah kalau bosnya ini sudah mengeluarkan sifat keras kepalanya.
"eoh... James jam berapa nanti kita akan bertemu dengan klien dari Singapura bersama Gio." tanya saat melihat James yang ingin beranjak meninggalkan ruangannya.
"mereka mintanya sih waktu makan malam kak, kenapa? apa kau tidak bisa ikut datang."
"papi memintaku untuk ikut menemaninya bertemu dengan koleganya. yang aku juga tidak tau itu siapa. Bisakah kau majukan lagi waktu pertemuannya, karena aku tidak bisa menolak ajakan dari papi." jawab Djindra santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI || JINSOO
RomanceTerdapat konten dewasa (21+) dan mengandung unsur kekerasan,, harap bijak dalam membaca. Dua orang dengan karakter berbeda,, latar belakang dunia yang berbeda pula. namun mereka di pertemukan dalam sebuah perjodohan. akankah mereka pasrah menjalani...