"Mi... nanti malam mami tidak ada acara bukan. Dan aku harap semuanya juga tidak ada acara." ucap Djindra kepada keluarganya di sela - sela sarapan pagi mereka.
"Memangnya ada apa, kebetulan nanti mami rencananya mau arisan sama teman - teman mami."
"Batalkan saja acara arisan mami itu, ini jauh lebih penting daripada arisan mami." sahut Djindra.
"enak saja, kalau nama mami nanti keluar kan lumayan uangnya bisa buat mami shoping." walau mami Tiwi sudah menjadi orang kaya, tapi kalau soal uang akan tetap sama seperti ibu - ibu yang lain pada umumnya.
"Ck... nanti Djindra yang kasih uang berapapun yang mami mau. Kalau hanya buat shoping saja, paling juga tidak seberapa jumlahnya." ucap Djindra meremehkan.
"Sebenarnya kau ingin mengajak kami semua kemana sih. Nanti mas juga rencananya ada makan malam sama kolega." Djoena yang sebenarnya sudah mengetahui maksud dari sang adik akan kemana, karena semalam ia sudah di beritahu oleh Satria. Hanya saja Djoena ingin mendengar dari mulut adiknya sendiri.
"Ekhem... nanti malam kita semua akan pergi kerumah keluarga Wijaya." Djindra menegakkan tubuhnya sebelum ia berbicara.
"Untuk apa kita semua harus pergi kesana. Kalau ini tentang masalah perjodohanmu yang dibatalkan, kau tidak perlu khawatir soal itu aku sudah mengatakannya kepada Satria. Bagaimanapun ini bermula dari ide kami berdua, terutama aku. Jadi tidak perlu kita pergi kesana lagi." Djoena masih bersikap santai, ia ingin melihat sejauh apa tanggapan Djindra.
Benar saja itu berhasil membuat Djindra terkejut, terlihat dari ekspresinya yang spontan melotot ke arah Djoena. "Kenapa mas Djoena cepat sekali mengatakannya pada mereka, memangnya kapan mas mengatakan hal itu."
"Kau ini bagaimana sih Djin.. bukankah kau sendiri yang mengatakan kemarin kalau kau ingin membatalkan perjodohanmu. Kakakmu itu sudah melakukan tugasnya dengan benar, kenapa sekarang kau yang terkejut sendiri seperti itu." Papi Dharma heran dengan tingkah putranya.
"Ah... Sudahlah pokoknya nanti malam kosongkan semua acara kalian, kita akan pergi kesana nanti disana juga semuanya akan tau. Aku berangkat dulu." Djindra yang salah tingkah langsung meninggalkan meja makan dan memilih segera berangkat ke kantornya.
"Dasar anak aneh, ini juga ikut - ikutan jadi aneh. kenapa kamu tertawa Djoen, memangnya ada yang lucu." kesal mami Tiwi dengan tingkah kedua anaknya ini.
"Ah... gak mi, benar kata Djindra tadi nanti juga kita semua akan tau disana. Udahlah kita ikutin aja maunya dia." Djoena masih tidak bisa menahan tawanya ketika melihat tingkah adiknya tadi.
***
Sesampainya Djindra di kantornya ia dibuat terkejut dengan keberadaan James yang menunggunya didepan ruangan kerjanya. Tidak biasanya James melakukan hal seperti itu, pasti ada yang tidak beres. Memasuki ruangannya Djindra semakin dibuat terkejut sekaligus heran, karena disana semua sahabatnya sedang berkumpul.
Pintu sudah ditutup rapat dan juga telah dikunci oleh James ketika sang pemilik ruangan itu masuk kedalamnya. Djindra melihat ke arah satu persatu wajah dari semua sahabatnya itu. Ia berusaha menebak apa yang telah terjadi sebenarnya, sehingga membuat mereka semua berkumpul disini dengan rasa gelisah terutama Gio.
"Ada apa." Ucap Djindra ketika sudah duduk di sofa bersama dengan yang lainnya.
"J.. Jackson berulah lagi. Kali ini sasarannya adalah perusahaanmu dengan Gio dan juga perusahaan Hartanto milik keluarga Gio." mendengar ucapan dari Leo, Djindra menatap lurus ke arah Gio sahabatnya. Djindra paham betul kegelisahan dan tatapan penuh dengan amarah dari Gio saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN BENCI || JINSOO
RomanceTerdapat konten dewasa (21+) dan mengandung unsur kekerasan,, harap bijak dalam membaca. Dua orang dengan karakter berbeda,, latar belakang dunia yang berbeda pula. namun mereka di pertemukan dalam sebuah perjodohan. akankah mereka pasrah menjalani...