Jennie POV
"tapi dengarkan aku unnie, jika perasaan mu benar, maka kamu tidak perlu takut dengan hal lain, oke?"
"wahh Rosie.. kamu sudah dewasa." Pujiku. Dia pun menanggapinya dengan menyipitkan matanya.
"of course, aku sudah dewasa unnie. Bahkan secara factual aku lebih berpengalaman dalam hal percintaan daripada dirimu. Saying sekali pacarku sebelumnya adalah seorang Perempuan jalang yang tidak ingin aku mengunjungi apartemen nya setiap malam."
"cukup yakin itu karena dia terus mengeluh kepedaku bahwa kamu memakan persediaan makanannya di kulkas hampir setiap malam. Dia jadi kehilangan persediaan makanan bulanan hanya dalam seminggu." Kataku.
"ck, tentu saja, itu karena dia tidak bisa menafkahiku! Bagaimana mungkin dia membiarkan pacarnya kelaparan setiap malam." Rose membela diri.
"aku yakin tidak ada yang akan mengizinkan mu mendekati kulkas mereka. Bahkan aku sudah ingin memasang rantai dan mengunci kulkasku karena mu.." aku terus membayangkan Rose dan kebiasaan makan nya. Rose punya nafsu makan yang sangat besar. Aku yakin dia bisa membuka chanel youtube mukbang dan akan tetap terlihat kurus saat memakan keu berukuran raksasa atau semacamnya.
"hmph, apa gunanya menceritakan soal kebiasaanku? Jennie unnie, kamu harus focus dengan dirimu sendiri dan masalah percintaan mu dulu!" rose tampak kesal saat aku terus mengatakan bahwa dia seperti lintah penghisap kulkas yang akan melahap segalanya.
"ya ya ya, aku hanya tidak menyangka kau akan tumbuh besar seperti ini." Lanjutku. Aku selalu menganggap nya sebagai adik Perempuan ku yang ku rawat dan ku manja. Jadi, sungguh mengejutkan bahwa Rose bisa memberiku nasihat yang benar-benar bagus.
Rose mengangguk puas dan bangkit dari sofa untuk memberiku segelas air. Aku meminumnya dan memperhatikan nya memesan makanan untuk makan siang kami. "apa yang kamu inginkan untuk makan siang?"
"eh? Kamu tidak perlu memesankan makan siang untukku, kurasa bosku akan segera pergi."
"unnie, percayalah padaku, tuan Jeon adalah pria yang sangat serius saat bernegoisasi. Dia bukan orang yang mudah diajak bicara, ini akan memakan waktu setidaknya dua jam. Jadi sebaiknya kita makan dulu."
Aku menghela napas. Tentu saja, aku tahu Rose akan fokus pada perutnya terlebih dahulu. Namun, aku juga belum sarapan. Jadi aku memesan makanan dan menunggu makanan diantar.
Kami mengobrol tentang hal-hal acak selama beberapa saat hingga aku merasa sedikit heran Ketika adik Perempuan ku yang penasaran tidak bertanya lebih banyak tentang lisa atau lili.
"kau sungguh tidak akan bertanya lagi padaku tentang lisa?" tanyaku.
"tidak unnie, masalahnya aku tidak ingin membebanimu dengan lebih banyak lagi tentang hubungan cintamu. Kecuali jika kamu secara aktif mencari nasihat dariku." Jawabnya.
"menurutku, daripada itu, kita harus membicarakan kondisi yang benar-benar mendesak. Bagaimana dengan apa yang terjadi di rumah kita?" Rosé mengalihkan topik pembicaraan.
"Ella akan segera memasuki tahun ketiga sekolah menengah atas, dan kami bahkan belum menyiapkan biaya Pendidikan nya untuk kuliah." Kata Rosé sambil menyebut adik bungsu kami, yang telah berusia 16 tahun dan akan memasuki kelas tiga sekolah menengah atas tahun depan.
Dia bilang dia ingin ikut kami ke kota untuk kuliah. Aku tidak keberatan sama sekali, tetapi aku tidak ingin dia bekerja terlalu keras saat kuliah. Aku tidak ingin dia bekerja part time sampai membuatnya kelelahan, karena aku tahu kuliah itu sulit meskipun aku tidak pernah kuliah.
Setidaknya, dari perjuangan Rosé saat itu, kuliah terlihat melelahkan dan cukup berat. Bahkan aku melarang Rosé untuk terlalu banyak mengambil kerja part time selama masa kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENT A GIRLFRIEND - JENLISA [GxG]✓
FanfictionJennie Kim adalah seorang wanita pekerja berusia 27 tahun yang sibuk dengan dua hal, karir dan BL! Dia terlalu sibuk bekerja sebagai sekretaris dan mengagumi pria tampan di manhwa bl, hingga dia tidak perlu repot-repot mencari pasangan. Dia telah me...