[47] Khawatir

2.5K 158 132
                                    

Tak terasa hari begitu cepat berlalu, bulan pun sudah berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa hari begitu cepat berlalu, bulan pun sudah berganti. Begitu juga dengan kehamilan Mayra yang semakin mendekati hari persalinannya, rasa cemas, rasa kahwatir, rasa takut kian menggeluti hatinya di tambah kontraksi yang kadang datang menyerang perutnya.

Rasanya benar-benar tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata "Tarik nafas sayang, buang. Tarik nafas, buang" ucap Athar sembari mengandeng tangan Mayra untuk berjalan-jalan guna menghilangkan rasa kontraksi palsu

Mayra pun mengikuti apa yang di ucapkan oleh suaminya, Mayra begitu sangat tenang saat kontraksi palsu datang. Walaupun begitu Mayra juga sesekali mengeluh sakit di bagian perut bawahnya dan juga pinggangnya "Masih sakit, heum?" tanyanya menatap wajah istrinya dengan tangan kiri yang setia mengelus perut buncit Mayra dan tangan kanan yang ia gunakan untuk mengengam tangan Mayra

"Udah enggak mas, lumayan reda sakitnya" sahutnya tersenyum kecil menatap wajah Athar

"Kalau gitu kita duduk ya, mas bantu pijetin pinggangnya" ucap Athar yang dianguki oleh Mayra

Perlahan-lahan Athar membawa Mayra untuk duduk di kursi depan meja rias istrinya itu, supaya Athar bisa memijat pinggang Mayra "Mas, maafin aku ya mas, mas pasti capek dari kemarin mas ngurusin aku, ngurusin rumah apalagi aku juga udah mulai kontraksi kaya gini" ujar Mayra di sela-sela aktivitas Athar yang tengah memijat pinggangnya

"Aku pasti ngerepotin kamu banget ya mas?"

Athar pun mengubah posisinya, berjongkok di depan Mayra yang tengah duduk di kursi sembari memegang kedua tangan istrinya dan menatap lekat wajahnya "Sayang, kamu ini ngomong apasih? Mas tidak merasa di repotkan sama sekali, kamu jangan berbicara seperti itu mas tidak suka mendengar nya" sahutnya

"Ya, aku nggak enak aja sama kamu mas, aku merasa jadi istri yang nggak berguna kalau gak bisa bantu-bantu suami" ujarnya membuat jari telunjuk Athar terulur untuk menutup mulut Mayra

"Hustt, tuh kan kamu jadi ngomongnya kemana-mana" sahutnya

"Dengerin mas, mas kan sudah bilang sama kamu, kamu itu tidak sama sekali merepotkan mas sayang. Kenapa mas harus merasa di repotkan sama kamu, kamu istrinya mas, kamu juga sedang mengandung anak mas, setiap hari membawa anak mas di dalam perut sampai berbulan-bulan lamanya belum lagi nanti kalau waktunya melahirkan, nyawa kamu menjadi taruhannya. Itu semua belum ada apa-apanya sayang di banding dengan mas yang mengerjakan pekerjaan rumah setiap hari, mencari nafkah, dan lain sebagainya dengan perjuangan kamu sebagai seorang istri dan calon seorang ibu" ucapnya mengengam kedua tangan Mayra dan menatap wajahnya dengan lekat

"Jadi stop kamu ngomong, ngerepotin mas terus, kamu beban untuk mas, kamu nggak berguna untuk mas. Stop ngomong seperti itu, kamu sangat sangatlah berharga bagi mas sayang. Mas sangat mencintai dan menyayangi kamu, sampai kapanpun" sambungnya membuat kedua mata Mayra mulai berkaca-kaca dan ingin sekali rasanya menangis karena terharu melihat kebesaran cinta dan kasih sayang dari suaminya

GUS ATHAR  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang