Langkah kecil Laras terayun meninggalkan teras rumah. Ia menoleh ke sekitar. Tak lama kemudian, sebuah mini bus menepi tepat di depan pagar rumah.
"Mas Frans meminta saya untuk menjemput Mbak!"
Laras cuma mengangguk menanggapi ucapan sopir. Ia lantas masuk ke mobil tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.
Sopir bergegas melajukan mini bus menuju sebuah kantor kecil yang berada di pinggiran kota.
Sepanjang perjalanan Laras merasa sangat cemas. Entah di mana Mas Bagas saat ini. Dia tidak meminta izin dulu sebelum pergi. Bagaimana jika suaminya itu tidak setuju kalau dia bekerja?
"Sudah sampai, Mbak!"
Laras terkejut. "Ah, iya Pak! Terima kasih."
Sopir cuma mengangguk. Laras mengikuti langkah laki-laki itu menuju sebuah gedung. Sepertinya kantor Frans ada di sana.
Selama ini dia tidak pernah bekerja di pabrik apalagi di kantor. Laras punya cita-cita ingin menjadi seorang guru. Sayangnya, itu cuma mimpi belaka. Setelah lulus SMA, dia hanya membantu pengurus panti mengelola toko rotinya.
Bagas sering datang ke toko roti itu untuk mengambil pesanan ibunya. Dari sanalah mereka saling mengenal hingga saling jatuh cinta.
Sopir mengetuk pintu sebuah ruangan. Laras cuma berdiri sambil menunggu pintu dibuka. Jantungnya berdebar-debar.
Ini pertama kalinya ia akan bekerja pada orang asing. Meski cuma sebagai seorang asisten rumah tangga, asalkan bisa membantu Mas Bagas, ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh.
"Masuk!"
Sopir bergegas mendorong pintu di depannya setelah terdengar seruan dari dalam ruangan tersebut. Laras mengikuti.
Frans terlihat sedang bicara dengan dua orang perempuan muda. Laras diminta menunggu oleh sopirnya.
Sambil duduk di sofa, mata Laras memindai ke sekelilingnya. Ruangan itu teramat sempit jika disebut sebuah kantor. Mungkin Frans seorang pebisnis muda yang baru merintis, pikirannya.
"Mbak Laras! Saya senang melihat Mbak datang!"
Laras bangkit dari sofa. Perempuan itu cuma tersenyum tipis menanggapi wajah sumringah Frans.
Sopir segera meninggalkan ruangan setelah Frans memberi isyarat. Tinggallah Laras yang mulai merasa risih karena hanya berduaan dengan Frans saja.
"Ayo diminum dulu teh nya, Mbak!" Frans tersenyum manis pada perempuan muda bertubuh ramping yang duduk di depannya.
Laras cuma mengangguk. Dia memang sedang kehausan sebab di rumah tak ada air mineral. Gas juga habis. Dia jadi tidak bisa memasak air.
Frans tersenyum melihat Laras menyesap pada cangkir teh di atas meja.
"Hm, boleh saya panggil Laras saja? Lagian usia kamu lebih muda dari saya. Biar lebih akrab juga, karena sebentar lagi kita akan menjadi rekan kerja." Frans bicara begitu manis. Matanya memandangi perempuan muda di depannya.
Laras tersenyum tipis. "Ya, nggak apa-apa!"
Frans tersenyum senang. "Ayo habiskan teh nya!" katanya penuh semangat.
Laras sendiri seperti orang yang kena hipnotis. Ia menghabiskan secangkir teh hangat yang sudah Frans bumbui obat tidur. Hingga saat ia merasa pusing dan lemas, laki-laki itu cuma menyeringai melihatnya.
Frans segera mengunci pintu ruangan. Ia lantas memapah Laras menuju sebuah private room yang berada di sudut ruangan tersebut.
Laras yang setengah sadar tak mampu berontak saat laki-laki biadab itu melucuti pakaiannya. Hingga saat Frans mulai menelusuri setiap inci tubuhnya, Laras sudah hilang kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...