"Pasien kritis! Tolong hubungi keluarganya!"
Johan dan Pak Irwan sangat terkejut saat dokter menyampaikan tentang kondisi Bagas.
Lelaki itu terjatuh dari ketinggian sekitar sepuluh meter. Luka di kepala Bagas cukup serius. Bahkan dia belum sadar sejak tiba di rumah sakit tiga jam yang lalu.
"Saya sudah kirim pesan pada istrinya! Tapi mungkin belum bisa datang atau sedang di jalan," ucap Johan. Dia tampak sangat mencemaskan Bagas.
Pak Irwan menoleh ke arah rekannya itu. "Gimana kalo hubungi orang tuanya saja?"
Johan menoleh langsung.
*
"Apa?! Bagas di rumah sakit?!"
"Betul, Pak! Itu kabar yang saya terima dari Mas Johan!"
Pak Handoko sangat terkejut mendengar kabar yang disampaikan oleh Triatno. Mereka sedang berada di ruang rapat. Sementara Purwanti juga sedang kurang sehat.
"Jangan katakan ini sama Ibu. Biar saya saja yang berangkat ke Kalimantan," ucap Pak Handoko.
Triatno mengangguk.
"Aku sudah dengar, Pak!"
Mereka dibuat sangat terkejut saat melihat Purwanti muncul. Perempuan itu menatap Pak Handoko dengan wajah kesal dan sedih. Sedang Triatno segera pamit pergi.
"Ini semua karena Bapak! Coba Bapak biarkan Bagas dan istrinya di sini, pasti Bagas tidak akan celaka!" Purwanti menangis.
Pak Handoko menarik nafas dalam-dalam. Segera ia menghampiri istrinya. Purwanti langsung menepis tangan lelaki itu saat hendak menyentuh bahunya.
"Pokoknya aku mau ke Kalimantan sekarang juga!" tekad Purwanti.
Pak Handoko tercengang. "Bu, kamu jangan gegabah! Kamu sedang tidak sehat! Biar aku saja yang melihat kondisi Bagas," bujuknya.
Purwanti menggeleng. "Biar aku mati sekalipun, asalkan bisa menemui Bagas!" putuskan lantas meninggalkan ruangan itu.
Pak Handoko hanya terdiam dalam perasaan tidak menentu. Dia tidak bisa membiarkan istrinya pergi ke luar kota di saat kondisi kesehatan Purwanti sedang tidak stabil.
Namun seperti yang ia lihat, Purwanti sangat keras kepala.
***
Kamar hotel bintang lima nomor 1335.
"Aahhh! Aaahh!"
Laras terlentang ranjang dengan bibirnya yang tak henti berdesah keenakan.
Tangannya dicengkeram oleh lelaki yang sedang bergerak liar di atas tubuhnya. Genjotan lelaki itu membuatnya benar-benar menggila.
"Ah, Laras ... Kamu enak banget, Sayang ..."
Pak Wirya menghentak dengan perkasa. Meski di awal permainan Laras tidak merespon, tapi di tengah permainan perempuan itu mulai membalas sentuhannya.
Meski usianya sudah kepala lima, tapi Pak Wirya memiliki stamina yang tidak kalah dengan lelaki berusia 25 tahunan. Mungkin karena dia rajin berolahraga dan menjaga pola makannya.
Dan untuk urusan ranjang, pebisnis itu sudah mahir karena sudah sering kali memesan perempuan. Dan saat ini dia sedang kecanduan dengan Laras.
"Aah ..."
Laras memejamkan matanya seraya menggigit bibir bawahnya menahan gejolak yang sedang ia rasakan.
Sudah hampir dua jam lelaki itu menggumuli tubuhnya. Laras ingin transaksi itu segera selesai. Dengan begitu dia bisa segera pergi ke Kalimantan untuk melihat kondisi Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...