Chapter 23. Hari Jadi Bagas

181 5 0
                                    

"Ini kuenya, Mbak!"

"Makasih ya, Bu!"

Dengan wajah berbinar Laras menerima bungkusan berisi kue ulang tahun yang dibelinya di sebuah toko kue.

Dia berharap Bagas akan suka dengan kejutan di hari jadinya ini. Ah, dia jadi tak sabaran ingin sekali tiba di rumahnya.

Jarwo yang menunggu di mobil segera menyambut saat Laras datang. Ia segera membuka pintu mini bus putih itu, lantas mempersilakan Laras masuk.

Tak disangka dari dalam sebuah mobil yang sedang terjebak macet di jalan, Yuta memperhatikan. Laki-laki bermata sipit itu tersenyum smirk saat melihat Laras.

Sambil duduk di dalam mobil, Laras memangku bungkusan berisi kue ulang tahun Bagas. Bibirnya tak henti tersenyum.

'Kamu suka kalungnya?'

'Suka, Mas!'

Laras teringat saat Bagas membelikan sebuah kalung berlian sebagai kado ulang tahunnya. Itu terjadi sewaktu mereka masih pacaran. Bagas sering sekali membelikan barang-barang mewah untuknya.

Kadang pula Bagas mengajaknya ke sebuah mall dan salon. Laki-laki itu membelikan banyak pakaian baru dan memintanya melakukan perawatan.

'Mas Bagas ...'

Laras memejamkan mata mengingat semua momen indah itu.

'Kalau kamu ngotot mau menikahi gadis itu, maka pergilah dari rumah ini. Saya tidak punya anak pembangkang sepertimu!'

Ah, sial!

Kenapa tiba-tiba ia teringat itu lagi? Masa di mana Bagas diusir dari rumah orang tuanya setelah dia memperkenalkannya kepada ayah dan ibu Bagas?

Laras menggeleng. Tidak, tidak, tidak. Dia tak boleh mengingat itu lagi! Maka segera wajah itu dipalingkan serta diusap sudut matanya.

'Mas Bagas, apa Mas tidak akan menyesal menikahi ku?'

'Untuk apa menyesal jika sudah melakukan hal yang benar? Kamu jangan sungkan, ya? Mas yakin kamu yang terbaik buat Mas.'

Fuuh ...

Kenapa ada laki-laki sebaik Mas Bagas? Bahkan dia rela meninggalkan hidupnya yang penuh kemewahan hanya demi perempuan seperti dia.

Bagas memang luar biasa. Dia laki-laki berjiwa besar dan menjunjung tinggi rasa tanggung jawabnya.

Berkali-kali ia merasa sangat beruntung karena memiliki suami seperti Bagas.

'Mas, aku janji akan membuat kamu seneng malam ini,' ucap Laras dalam hati. Dia tersenyum kemudian.

***

"Jadi, Nak Bagas ini anaknya Pak Handoko dan Bu Purwanti?"

Pak Handoko mengangguk membenarkan ucapan Pak Danu. Dahulu mereka akan menjadi besan, tapi sayang ... Bagas malah menolak anaknya Pak Danu lalu minggat dengan gadis kampung itu.

Pak Danu masih merasa terkejut. Ia menoleh ke arah Elsa dan juga Bagas. Keduanya duduk bersisian. Bagas segera menunduk saat ia menatap laki-laki itu.

Pak Danu tidak menyangka jika orang yang sudah menolong Elsa tempo hari adalah anaknya Pak Handoko. Rupanya Bagas adalah laki-laki yang telah menolak menikahi Elsa.

Sama seperti Pak Danu dan Bu Retno, Bagas juga sangat terkejut setelah mengetahui semuanya.

Pun Elsa yang turut tercengang mengetahui kenyataan ini. Dengan perasaan malu pada Bagas, ia segera pamit dari ruang tamu.

Bagas melihat Elsa pergi. Dia kebingungan. Apa harus menyusulnya atau tetap tinggal. Perasaannya sedang tidak karuan saat ini.

"Bagas, Ibu seneng sekali bisa ketemu sama kamu di sini," ucap Purwanti. Tangannya merapikan kerah kemeja Bagas sambil tersenyum kagum.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang