"Kalian periksa lagi, ya? Saya nggak mau ada kesalahan."
"Baik, Mbak Elsa."
Elsa mengangguk dan segera mengibaskan tangannya. Maka orang-orang itu segera meninggalkan ruangan.
"Mbak Elsa, ada yang nungguin tuh!" Asti tiba-tiba datang.
Elsa yang sedang sibuk enggan mengalihkan pandangan dari layar laptop di hadapannya.
"Siapa?"
"Itu, Mbak!" Asti menunjuk ke arah pintu kaca ruangan.
Elsa menoleh. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang berdiri dengan gelisah di luar ruangan.
Bagas?
Elsa tersenyum.
Asti dibuat keheranan melihat perempuan itu yang bergegas bangkit dan segera berjalan menuju pintu.
"Bagas? Hei!"
Lelaki yang sedang berdiri di depan ruangan dibuat sedikit terkejut mendengar seseorang menyapanya begitu ceria.
"Maaf kalo aku telat," ujarnya dengan agak sungkan.
Elsa tersenyum. "Nggak telat kok! Aku seneng kamu mau datang."
Bagas mengangguk.
Elsa segera memanggil Asti dan memintanya untuk mengajak Bagas menuju pos security di bagian depan butik. Sambil berdiri di depan pintu, dipandanginya punggung Bagas menjauh.
"Mas Bagas kok mau aja kerja jadi security? Nggak sayang sama ijazahnya?" ujar Asti di sela perjalanan mengantar Bagas.
Bagas tersenyum. "Kerja apa saja yang penting halal, Mbak. Toh jadi security juga bukan kerjaan yang mudah didapat."
Asti manggut-manggut. "Mas Bagas ini kok orangnya santun sekali? Pantas aja kalo Mbak Elsa susah move on!" katanya lagi sambil tersenyum.
Bagas cuma tersenyum tipis sambil geleng-geleng.
Setelah tiba di pos security, Asti memperkenalkan Bagas kepada dua orang security yang sudah bekerja pada Elsa lebih dulu. Mereka adalah Sumarno dan Andri.
"Saya tinggal dulu ya, Mas Bagas!" Asti tersenyum lantas pergi.
Bagas cuma mengangguk. Sumarno dan Andri segera menyambutnya dengan hangat.
Sementara itu, Laras sedang meracik teh hangat untuk Purwanti. Dia gelisah karena Fandi belum juga membalas pesan singkat yang dia kirimkan.
Bagaimana kalau Fandi tiba-tiba datang? Apa yang harus ia katakan kepada Purwanti?
"Silakan diminum teh nya, Bu."
Purwanti tersenyum manis saat Laras menyajikan secangkir teh manis untuknya. Perempuan itu sangat santun dan tahu bagaimana caranya memperlakukan tamu.
Sungguh mustahil dengan apa yang suaminya katakan tentang Laras. Tidak mungkin perempuan seanggun dan lugu seperti Laras ini berprofesi sebagai seorang pelacur.
Sambil menikmati secangkir teh manis yang Laras buatkan, Purwanti memperhatikan Laras yang sedang menyiapkan bahan makanan untuk dimasak.
"Bagas pasti sangat bahagia memiliki istri seperti kamu, Ndu. Ibu juga berharap sekali kalian bisa segera kasih Ibu cucu."
Laras menghentikan gerak tangannya yang sedang memotong wortel. Dia melirik ke arah Purwanti lalu tersenyum.
"Laras minta maaf kalo belum bisa kasih momongan buat Mas Bagas," ujarnya.
Purwanti jadi tak enak hati mendengar ucapan sang menantu. Dia lantas bangkit dan menghampiri Laras.
"Semuanya butuh proses. Yang penting kamu sama Bagas bahagia, Ibu sudah sangat bersyukur," ucap Purwanti setelah berdiri di samping Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...