Chapter 38. Berangkat Ke Solo

211 4 0
                                    

Sore hari saat Matahari mulai condong ke barat. Bagas segera mengajak Laras menuju mobil taksi yang sedang menunggu mereka di pelataran rumah.

Koper besar Bagas seret sambil mengikuti langkah kecil Laras yang berjalan di depannya.

Seperti yang dikatakan oleh Bagas, sore ini juga mereka akan segera berangkat ke Solo.

Berita keberangkatan Bagas dan Laras membuat Fandi murka. Maka dia pun segera meminta asistennya untuk mengatur keberangkatan dia menuju kota Solo.

Dan mendengar Fandi yang pergi ke luar kota sendirian, Pak Danu segera menanyai Elsa.

"Papa dengar, katanya Fandi pergi ke Solo sore ini. Ada urusan apa dia pergi ke sana? Dan kenapa dia tidak mengajak kamu?"

Elsa menanggapi dengan wajah dingin saat mata Pak Danu membidik wajahnya.

Hubungan Elsa dengan Fandi baru saja membaik. Satu bulan lagi mereka akan segera menikah. Lantas, kenapa Fandi malah pergi ke luar kota?

Untuk mengetahui semua itu, dia harus menanyakannya kepada Elsa.

"Aku nggak tahu dan nggak mau tahu. Terserah Fandi mau ngapain di Solo. Aku nggak peduli!" jawab Elsa dengan acuh tak acuh.

Tatapan ayahnya yang tajam membuatnya sangat muak. Maka sebelum Pak Danu mendekat, perempuan itu segera bangkit dari sofa yang ia duduki.

"Elsa, mau kemana kamu? Orang tua belum selesai ngomong malah mau pergi."

Elsa tidak peduli. Dia segera mempercepat langkahnya menuju pintu keluar rumah. Persetan dengan Fandi! Lebih baik dia segera berangkat ke butik.

"Jadi, Fandi sudah berangkat ke Solo?"

Yudi, asisten pribadi Fandi cuma mengangguk saat Pak Wirya menanyakan putranya.

Laki-laki itu berdiri di tepi garis jendela ruang kerja Fandi. Sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana kainnya, matanya menatap lurus ke depan.

Yudi hanya berdiri di belakang punggung Pak Wirya. Dia masih menunggu perintah.

Dihela nafas dalam-dalam oleh Pak Wirya. Kemudian dia berkata, "Cari tahu apa yang Fandi lakukan di Solo."

"Baik, Pak!"

Yudi segera mundur dari hadapan Pak Wirya.

***

"Jadi, si Laras pergi ke luar kota sama suaminya?"

"Betul, Mas."

Frans mengepalkan tangannya penuh emosi. Sialan betul si Laras. Kenapa dia pergi ke luar kota tanpa berkata apa-apa padanya.

"Bukankah kontrak dia sama si Fandi belum kelar?" tanya Frans lagi.

Jarwo mengangguk. "Mas Fandi sudah tahu kalo Mbak Laras berangkat ke Solo."

"Lantas?"

"Sepertinya Mas Fandi juga akan menyusul Mbak Laras dan melanjutkan transaksi di sana."

Frans manggut-manggut. Bibirnya menyeringai tipis. Baguslah kalau begitu. Dengan begitu transaksi tetap berjalan dan uang tetap mengalir.

"Yaudah kalo gitu, mending sekarang kamu antar si Anya nge-job!" perintah Frans pada Jarwo selanjutnya.

"Siap, Mas!"

Jarwo bergegas pergi meninggalkan ruangan Frans. Sepeninggal laki-laki itu Frans segera menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya.

"Awasi si Laras sama suaminya di Solo. Jangan sampai dia membatalkan transaksi dengan klien."

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang