Chapter 33 - Obsesi Fandi

203 5 0
                                    

Elsa sedang berada di butik pagi itu. Dua orang desainer datang menemuinya. Mereka membawa desain gaun pengantin yang ia pesan. Bibirnya tersenyum pahit memandangi gaun itu.

"Bulan depan kalian akan menikah, kan? Kenapa sih masih cuek-cuekan aja?!"

Karin, sahabat Elsa datang untuk mengambil gaun pesanannya. Dia tersenyum remeh melihat si pemilik butik yang tampak murung.

Elsa mau menikah satu bulan lagi. Dan laki-laki itu adalah Fandi Putra Wicaksana, putra tunggal konglomerat asal Palembang.

Sebagai teman lama Elsa, Karin sedikit iri atas nasib bagus temannya itu. Menurutnya, Elsa tidak cocok disandingkan dengan Fandi. Justru dialah yang cocok menjadi istri insinyur muda itu.

Elsa cuma tersenyum tipis mendengar ucapan Karin. Dengan langkah anggun ia segera menghampiri perempuan itu.

"Kamu sendiri kapan mau married? Bukannya Aditia sudah ninggalin kamu, ya?"

Elsa bicara dengan acuh sambil sibuk merapikan gaun cantik yang terpasang di manekin. Mendengar ucapan perempuan itu, Karin sangat tersinggung.

"Ya! Aditia memang sudah minggat sama lonte itu! Tapi gue bisa buktiin kalo gue bakal dapet calon suami yang lebih segalanya dari dia!" sesumbar Karin.

Elsa menatap tak percaya. "Masa?"

Karin yang kesal segera membuang muka dari tatapan Elsa. Dengan langkah cepat ia membawa gaun yang dipesannya menuju bagian kasir. Elsa cuma tersenyum manis saat mata perempuan itu melirik.

Pernikahan. Apa itu?

Mungkin bagi segelintir perempuan, pernikahan itu suatu peristiwa besar dan bersejarah dalam hidupnya. Namun bagi Elsa, itu hanya kerumitan semata.

Ya, benar jika pernikahan itu merupakan suatu peristiwa besar yang bersejarah. Dengan catatan, jika dia berhasil menikahi laki-laki yang dirinya cintai.

Sayangnya pernikahannya dengan Fandi bukanlah suatu peristiwa besar yang bersejarah, itu cuma musibah bagi Elsa. Bahkan dia malas membahasnya.

Sambil duduk di meja kerjanya, Elsa memandangi kertas undangan pernikahan dia dengan Fandi.

Sebagai orang terpandang di Jakarta, ayahnya sudah menyiapkan pesta yang besar dan meriah. Sayangnya dia tetap tidak merasa senang.

'Bagas, andai saja kita dipertemukan sejak dulu. Andai saja kamu tidak menolak perjodohan kita. Ya, andai saja ...'

Elsa segera menyimpan kertas undangan di tangannya ke balik buku tebal di meja. Dia mengusap kasar wajahnya lalu termenung kemudian.

***

"Apa?! Jadi Mas Fandi benar-benar mau membooking aku selama satu bulan?"

Frans mengangguk sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Laras. Dua jam yang lalu ia menelepon Jarwo untuk menjemput Laras.

Perempuan itu sempat marah-marah dan menamparnya juga saat dia baru sampai di kantor. Laras sangat marah karena insiden dua hari yang lalu. Saat Bos Besar melakukan transaksi terhadapnya.

Itu merupakan transaksi besar-besaran bagi Frans. Dikarenakan Yuta berjanji akan melupakan utangnya jika dia berhasil tidur dengan Laras.

Frans percaya saja. Nyatanya Yuta masih belum puas dengan Laras. Dia pun sedang menunggu transaksi selanjutnya.

"Satu bulan itu waktu yang lama. Bagaimana dengan Mas Bagas?"

Laras tampak sangat frustasi. Belum juga berhasil ia mendapatkan kepercayaan Bagas lagi, dan kali ini dia harus membohongi suaminya lagi. Bahkan selama satu bulan. Laras tidak bisa bayangkan.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang