Dua hari kemudian.
Laras mulai terjaga saat mencium wangi parfum yang dirasa tidak asing baginya. Matanya terbuka perlahan. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang duduk di samping ranjang di mana ia terbaring saat ini.
"Laras, kamu sudah sadar?"
Mas Bagas?
Bibir pucat itu mengulas senyum diwarnai manik-manik lelah yang berbinar. Laras sangat senang melihat sosok di sampingnya itu.
Melihat perempuan itu hendak bangkit, lelaki itu segera membantunya.
Dan saat itu juga Laras menatap wajah laki-laki itu lamat-lamat setelah semua fantasinya buyar. Dia bukan Mas Bagas.
Melainkan ...
"Kamu jangan banyak gerak dulu. Kamu belum pulih benar."
Suara lelaki itu membuat Laras terkejut. Ia menggeleng dengan tak percaya. Mustahil dia melihat wajah Bagas pada lelaki itu.
Melihat perempuan itu menatapnya, Fandi tersenyum. "Aku senang melihat kamu yang sudah sadar. Kamu pingsan selama dua hari."
Laras menggeleng dengan tatapan kecewa. Bukan! Bukan lelaki itu yang ia harapkan saat ini. Melainkan suaminya, Bagas!
Fandi dibuat keheranan saat Laras menarik paksa lengannya dari genggaman. Manik hitam itu menatap perempuan di depannya dalam-dalam.
"Apa yang sedang Mas Fandi lakukan di sini?" Laras tampak tidak suka melihat lelaki itu.
Fandi tersenyum tipis. Dihela nafas panjang olehnya lalu membuang pandangan ke arah jendela.
"Apa kamu lupa, kalau kita masih terikat kontrak? Aku kesini karena Frans yang menghubungi. Dia tidak mau membayar tagihan rumah sakit," ujarnya acuh-acuh.
Laras tercengang sesaat mendengar ucapan lelaki itu. Matanya dipejamkan seraya menahan sesak di dada.
Frans, lelaki biadab itu yang membuatnya berada di rumah sakit ini!
'Laras ada sama gue. Ambil perempuan itu kalo lu bisa.'
Ia teringat saat mendengar suara seorang lelaki yang menghubungi Frans. Saat itu mungkin dia sedang setengah sadar karena efek obat bius. Namun Laras tahu siapa orang itu.
Dia Baron, gembong preman yang sudah menggumuli tubuhnya sampai dia pingsan dan masuk rumah sakit.
Mereka semua biadab!
Tangan Laras mengepal kuat mengingat nasib buruknya.
"Aku tahu kamu sedang sedih karena memikirkan Bagas. Aku sudah mendengar semuanya, Laras. Bagas sudah meninggal. Orang tuanya melarang kamu menghadiri pemakaman dia."
Laras menoleh ke arah lelaki yang baru saja bicara. Fandi menanggapi dengan senyuman pahit.
"Cuma aku yang selalu ada di sisi kamu, Laras ..."
Perempuan itu menggeleng. Matanya berkaca-kaca. "Aku nggak percaya pada siapapun! Kamu juga! Bukankah kamu yang sengaja memindahkan Mas Bagas ke luar kota sampai dia mengalami kecelakaan?!" raungnya frustasi.
Fandi tersenyum getir. "Kamu tidak punya banyak pilihan, Laras. Ikut dengan aku atau tetap menjadi pelacur?"
Laras melebarkan sepasang manik matanya mendengar ucapan lelaki itu. Apa maksud Fandi?
Brak!
Elsa melempar pensil di tangannya ke lantai lalu diusap wajahnya tampak frustasi.
Bagas, kenapa dia kesulitan untuk melupakan lelaki itu?!
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...