Chapter 31. Keperkasaan Lelaki Jepang

361 5 0
                                    

Bagas mengendarai motornya menuju rumah Pak Kardi. Pikirannya sangat kacau saat ini. Dia butuh seseorang untuk mendengarkan ceritanya.

Jalan tampak ramai di hari Minggu. Bagas melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Dan saat di sebuah tikungan, dia dibuat terkejut ketika sebuah mobil nyaris saja menabraknya.

Ckittt!

Bruk!

Bagas berhasil menghindar dari kecelakaan besar. Namun dia terjatuh bersama motornya ke tepi jalan. Mobil itu pun segera menepi.

"Bagas?!"

Fandi bergegas lari menuju laki-laki yang sedang tergolek bersama motornya di pinggir jalan. Dia sangat terkejut setelah tahu orang itu adalah Bagas.

"Bagas, kamu nggak pa-pa? Maaf, tadi aku meleng nyetirnya," ucap Fandi dengan wajah cemas. Ia lantas membantu Bagas berdiri.

Bagas tersenyum tipis. "Cuma luka ringan saja, Fan. Saya yang salah karena tidak fokus bawa motornya," sesal Bagas.

Fandi masih menatapnya dengan cemas. Kemudian ia mengajak Bagas untuk duduk pada kursi di bawah sebuah pohon besar.

"Sebenarnya kamu mau kemana pagi-pagi begini? Bukankah proyek sedang libur?"

Bagas terdiam. Dia tidak buru-buru menjawab pertanyaan Fandi. Namun, pikirannya masih belum tenang jika dia belum cerita pada seseorang tentang masalahnya.

Fandi masih menunggu saat Bagas menatapnya dalam-dalam. Laki-laki itu pun mulai bercerita tentang istrinya yang pulang pagi.

"Mungkin istri kamu sedang ada kerjaan tambahan karena esoknya libur. Makanya dia nggak bisa pulang. Mestinya kamu tanya baik-baik dulu. Jangan bikin dia takut."

Bagas mengangguk. Setelah bercerita ke Fandi dan mendapatkan solusi, hatinya sedikit tenang.

"Tapi, entah kenapa saya merasa seperti ada yang janggal dengan pekerjaan istri saya," ucap Bagas kemudian.

Fandi menoleh. "Janggal gimana?"

"Ya, aneh saja! Masak kerja jadi buruh cuci dan gosok sampai menginap? Malah, saya pernah melihat istri saya pulang dengan pakaian yang berantakan. Seperti baru saja ada yang melecehkan dia."

Fandi mulai tertarik mendengar cerita Bagas. "Terus kamu nggak tanyain ke dia?"

Bagas menggeleng. "Saya nggak mau dia sedih karena saya pun belum bisa nyenengin dia, Fan."

Fandi menarik nafas dalam-dalam. Lantas ditepuknya bahu laki-laki yang duduk di sampingnya itu. Bagas menoleh.

"Aku paham perasaan kamu. Saran aku, lebih baik kamu berdamai dengan orang tua kamu. Kemudian bujuk mereka untuk menerima istri kamu itu. Masa iya mereka masih marah saja sama kamu?"

Bagas hanya terdiam. Dibuang pandangannya jauh-jauh dari tatapan Fandi. Pikirannya mulai kembali mumet. Tapi mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Fandi.

"Aku mau ke rumah Elsa. Kamu hati-hati di jalan, ya?"

Bagas cuma mengangguk menanggapi. Dan Fandi pun bergegas masuk mobil.

Selepas kepergian Fandi, hati Bagas kembali terasa sepi. Apa dia kembali ke rumah saja dan meminta maaf pada Laras?

Entahlah.

***

Hari mulai sore saat pintu private room dibuka dari luar. Bayangan tinggi memasuki kamar yang lampunya dimatikan.

Sambil melangkah masuk matanya tertuju pada seonggok tubuh seorang perempuan yang berada di tengah ranjang.

Bibirnya menyeringai tipis. Akhirnya dia bisa menikmati tubuh perempuan yang sudah membuatnya penasaran itu.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang