Malam tak juga menemukan pagi. Bagas yang putus asa mencari Laras akhirnya memutuskan untuk pulang. Mungkin Laras sudah sampai di rumah saat ini. Ia berpikir sambil mengendarai motornya menuju pulang.
Mini bus putih terlihat melaju meninggalkan pintu pagar rumah. Bagas sangat terkejut melihat punggung seorang perempuan yang sedang menuju rumahnya.
Laras?
Segera ia melajukan motornya mendekat.
"Laras?!"
Perempuan yang sedang menuju pintu pagar rumah dibuat terkejut saat ada yang menyerukan namanya. Bergegas ia menoleh. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor mendekat ke arahnya.
"Mas Bagas?"
Bagas segera melepaskan motornya lantas berlari menuju pada Laras. Wajahnya kelihatan sangat cemas sekaligus senang melihat istrinya sudah pulang.
"Laras, kamu kemana saja? Mas mencarimu sejak tadi sore," ujar Bagas. Matanya fokus menatap wajah perempuan yang sedang berdiri di depannya saat ini.
Laras tidak buru-buru menjawab pertanyaan Bagas. Ia masih bergeming saat lelaki itu menatapnya dengan pendar mata yang sendu dan letih.
Melihat sang istri diam saja, Bagas segera maju. Direntangkan kedua tangan lelaki itu, lantas meraih punggung Laras sampai merapat ke dadanya.
"Mas bersyukur kamu baik-baik saja. Ibu juga sangat kuatir sama kamu," ujar Bagas. Suaranya terdengar lirih dan lesu.
Laras bisa mendengar suara deru nafas lelaki itu yang tidak teratur. Juga detak jantung Bagas yang bertalu-talu kencang. Tidak salah dengan apa yang ia katakan, Bagas sangat mencemaskannya.
Dihela nafas dalam-dalam olehnya, perlahan Laras mengangkat sepasaang matanya ke wajah Bagas. Lelaki itu menyambut dengan senyuman hangat yang terlihat sangat ringan.
"Ayo masuk. Ibu sudah menunggu kita."
Laras hanya mengangguk menanggapi saat tangan Bagas meraih jemarinya. Ia berjalan di belakang lelaki yang menuntunnya itu.
"Laras!"
Purwanti sangat terkejut sekaligus senang melihat Bagas datang bersama Laras. Perempuan itu bergegas bangkit dari sofa, lantas menyambut dua orang yang datang.
"Ibu," ucap Laras pelan saat Purwanti berdiri di depannya.
Sang ibu mertua mengusap lengan Laras sambil menatap dengan mata yang berkaca-kaca.
Purwanti tersenyum haru. Ia segera meraih Laras ke dalam pelukan. "Laras, maafkan Ibu ..."
Laras menggeleng. "Ibu nggak salah, kok! Laras yang salah karena pergi nggak pamitan dulu sama Ibu."
Purwanti melepaskan Laras. Dirangkum wajah putih sang menantu. Ia menatapnya dalam-dalam. "Ibu udah salah paham sama kamu, Laras! Maafkan Ibu!"
Laras tersenyum. "Ibu udah makan belum? Laras beli makanan kesukaan Ibu tadi," ujarnya yang berusia mengalihkan moment sedih di antara mereka.
Purwanti sangat senang mendengarnya. Ia menoleh ke arah Bagas. Lelaki itu tersenyum menanggapi.
"Ayo kita makan," ajak Laras.
Purwanti cuma mengangguk sambil tersenyum. Ia lantas berjalan bersama Laras menuju meja makan. Bagas mengikuti dari belakang. Dia sangat bersyukur karena Laras sudah pulang.
***
Malam sudah larut saat Pak Wirya berjalan dari lobi kantornya. Dua orang pengawal mengikuti langkah lelaki itu menuju mobil yang menunggu di depan kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...