Chapter 15 - Kebohongan Laras

248 5 0
                                    

Mobil taksi yang membawa Bagas dan Laras pun tiba di pelataran sebuah restoran.

Bagas memindai tempat di mana mereka saat ini. Dia terkejut dengan restoran yang dipilih Laras. Bagas merasa was-was karena tidak punya cukup uang untuk duduk dan memesan makanan di dalam sana.

"Laras, apa tidak sebaiknya kita makan di angkringan saja? Mas nggak punya uang lebih jika uang kamu kurang nantinya."

Laras tersenyum mendengar ucapan Bagas. Ia lantas menoleh ke arah restoran.

Mobil-mobil mewah tampak berderet di area basement. Sedang dari dinding kaca, terlihat tampak orang-orang kaya yang sedang duduk di dalam sana.

Bagas masih menatap saat mata Laras tertuju padanya. "Mas nggak usah kuatir, uang Laras insyaallah cukup kok!"

"Tapi ..."

"Udah, ayo!"

Laras segera menggamit lengan Bagas, lantas menggandeng suaminya memasuki area restoran.

Meja yang berada di tengah restoran yang Laras pilih. Sebagai orang yang dulu pernah hidup mewah, Bagas tahu jika itu meja VIP.

"Laras, kok kita duduk di sini? Meja di luar sepertinya lebih murah," kata Bagas. Dia sedikit panik.

Laras tersenyum. "Mas tenang aja! Kita bisa bayar meja ini, kok!"

Bagas tercengang. Namun, dia tidak mau ribut dengan Laras. Maka ia memilih diam. Seandainya uang Laras kurang, biarlah dia mencuci piring di restoran itu. Asalkan Laras senang, tidak mengapa.

"Tolong bawakan menu yang paling favorit di restoran ini buat kita berdua!"

"Baik, Mbak!"

Bagas terkesiap mendengar permintaan Laras pada pelayanan restoran yang datang untuk mencatat pesanan mereka.

"Laras, pesan yang biasa saja. Gimana kalau kamu nggak cocok sama menu favorit itu?" Bagas mulai berkeringat dingin. Dia takut jika Laras akan mendapat malu malam ini, karena mereka tidak mampu membayar tagihan nantinya.

Laras tersenyum manis menanggapi. "Mas Bagas pokoknya tenang saja. Biar Laras yang urus!"

Bagas tercengang. Dia geleng-geleng dan memilih membuang pandangan ke arah jalan kota yang masih ramai oleh lalu lalang kendaraan.

Entah apa yang terjadi pada Laras. Dia tahu jika istrinya itu sangat jarang pergi ke restoran elit semacam ini. Bagas cuma takut Laras dipermalukan di sini.

Sementara itu, Fandi juga menepikan mobilnya di restoran yang sama. Dan ternyata restoran elit itu kepunyaan temannya sewaktu kuliah.

"Fandi!"

"Reno, apa kabar?"

Elsa cuma memasang wajah bosan melihat dua orang laki-laki itu saling berjabat tangan dan bertanya kabar satu sama lain.

Matanya memindai ke sekitar. Dia terkejut melihat sosok laki-laki yang juga berada di restoran itu.

Bagas?

Dilihatnya laki-laki itu yang sedang dinner dengan seorang perempuan. Sialnya dia kesulitan untuk melihat wajah perempuan yang bersama Bagas itu.

Ah, padahal dia sangat penasaran! Apa perempuan itu istrinya Bagas?

"Elsa, ayo!"

Sentuhan tangan Fandi di lengannya membuat Elsa terkejut. Ia segera menoleh ke arah laki-laki di sampingnya itu.

Fandi sedang menatapnya keheranan. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya cemas.

Elsa tidak menjawab. Dilepaskan genggaman tangan Fandi darinya. Gadis itu segera berjalan menuju meja yang sudah dipesan.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang