Chapter 74. Bagas Ditangakap Polisi

120 4 0
                                    

"Uhuk! Uhuk!"

Fandi berusaha mengangkat tubuh ringkihnya. Sambil terbatuk-batuk lelaki itu menuju mobil.

"Gus, jemput saya ..."

Ia berujar dengan suara pelan usai meraih ponselnya dari dalam mobil. Kemudian tubuhnya merosot sampai jatuh duduk bersandar di mobil.

"Uhuk!"

Bajingan si Bagas!

Lelaki itu menghajar dia sudah seperti preman. Kini tubuhnya terasa lemah tak bertenaga lagi.

Untuk kembali bangkit saja Fandi tak kuasa. Pandangannya mulai berubah kabur dan dadanya terasa sangat sesak. Setelah penglihatan memudar, ia pun tak sadarkan diri lagi.

"Mas Fandi!"

Agus berlari menuju sosok yang tergolek di samping mobil. Dia sangat terkejut melihat kondisi Fandi.

"Tolong segera kirim ambulans!"

Usai menghubungi rumah sakit, Agus langsung membenahi ponselnya. Dia berusaha membantu Fandi berdiri.

Suara sirine ambulans terdengar begitu cetar saat mereka melarikan lelaki itu menuju rumah sakit.

Fandi kritis. Agus segera menghubungi orang tua lelaki itu.

"Blegedes! Bisa-bisanya lelaki itu bikin Fandi masuk rumah sakit! Apa dia sudah bosan hidup, hah?!"

Pak Wirya marah besar setelah mendapat kabar tentang Fandi. Agus cuma menunduk saat berhadapan dengan majikannya itu di rumah sakit.

"Saya tidak mau tahu! Sekarang juga tangkap orang itu! Jebloskan dia ke penjara!"

"Kami akan segera mengurusnya, Pak! Anda tidak perlu cemas."

Pak Wirya cuma tediam dalam luapan emosi. Dua orang petugas polisi segera meninggalkan rumah sakit.

Fandi sedang terbaring lemas di ruang ICU. Menurut para dokter, dia sudah melewati masa kritisnya. Namun sebagai seorang ayah, Pak Wirya tetap tidak terima jika orang yang sudah memukuli anaknya itu masih berkeliaran bebas.

Sementara itu di kediaman Pak Danu.

"Saya mau pamit pulang."

"Terima kasih, Nak Bagas! Ibu nggak tahu apa yang akan terjadi sama Elsa kalo Nak Bagas tidak menolongnya."

Bagas tersenyum menanggapi ucapan Bu Retno, "Itu sudah kewajiban saya, Bu."

Elsa yang juga sedang berdiri di samping ibunya turut tersenyum mendengar penuturan Bagas.

Lelaki itu sangat tulus dan baik. Sudah dua kali Bagas menyelamatkan dia. Apakah Tuhan sengaja mengirim Bagas untuk menjadi malaikat pelindungnya?

Hati Elsa semakin terpaut akan sosok Bagas. Sayangnya lelaki itu sudah beristri. Elsa benci akan kenyataan itu.

"Hati-hati di jalan, Nak Bagas!"

Lelaki itu cuma mengangguk sambil tersenyum menanggapi pesan Bu Retno. Dia segera mundur dari teras rumah Elsa.

"Bu, aku mau antar Bagas."

Bu Rento cuma mengangguk. Elsa bergegas menyusul lelaki berperawakan tinggi kekar itu.

Langkah Bagas nyaris mencapai motornya yang terparkir di halaman rumah Pak Danu. Elsa bergegas menghampiri.

"Bagas!"

Lelaki itu menoleh. Dilihatnya Elsa yang sedang menuju padanya. Perempuan itu masih mengenakan kemeja Bagas. Baju berbahan coton dengan warna biru muda itu tampak cocok Elsa kenakan.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang