Chapter 69. Transaksi Gila-gilaan

162 6 0
                                    

"Dasar tolol! Gue udah bilang jangan cari gara-gara sama si Bimo! Sekarang kita semua yang bakal kena getahnya! Dasar bego!"

Baron sedang marah-marah pada tiga orang anak buahnya. Dia kesal karena mereka mengusik gembong preman bernama Bimo. Orang itu musuh bebuyutan Baron.

Tiga orang lelaki menunduk ketakutan. Baron berdecak jengah lalu geleng-geleng. Tak lama kemudian satu orang lelaki datang ke ruangan itu.

Dia kaget melihat tiga temannya yang sedang dimarahi oleh bos mereka.

"Heh, gimana? Udah ada kabar soal cewek yang bernama Elsa?" tanya Baron pada lelaki yang baru datang.

Dia Anto, tangan kanan Baron. Anto baru kembali dari tugas yang Baron perintahkan.

"Udah, Bang!" jawab Anto secepatnya.

Baron manggut-manggut. "Tunggu apalagi? Cepet seret cewek itu kesini!"

"Siap, Bang!"

Anto bergegas pergi.

Baron kembali menoleh ke arah tiga orang lelaki yang masih menekurkan kepalanya.

"Ngapain lu semua masih mejeng di sini? Sana susul si Anto!" geraknya dengan marah.

Tiga orang lelaki itu bergetar ketakutan.

"Iya, Bang!"

"Dasar goblok!"

Baron geleng-geleng melihat tiga orang anak buahnya kocar-kacir. Kemudian dia segera menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya.

["Saya sudah kirim orang buat culik cewek itu. Gimana bayarannya?"]

Pak Wirya tersenyum mendengar ucapan Baron lewat sambungan ponselnya. Ia lantas mengangguk.

"Kirim dulu foto Elsa yang sudah kalian culik pada saya, barulah saya kirim uangnya."

Baron mencengkeram benda pipih dalam genggaman. "Jadi Anda nggak percaya sama kami?"

"Bukan nggak percaya. Paling tidak saya sudah melihat tampang perempuan sombong itu setelah kalian culik."

"Kalo itu mau Anda, bukan masalah buat kami. Malam ini juga Anda akan segera menerima fotonya."

Pak Wirya manggut-manggut sambil tersenyum. Dia berkata lagi, "Jangan apa-apakan dia sebelum saya datang."

Baron mengangguk. Dia lantas memutuskan panggilan.

Ini bukan kali pertama dia dapat tugas untuk menculik seorang perempuan. Sebelumnya dia juga pernah menculik Laras. Bedanya, kali ini yang membayarnya merupakan seorang pebisnis besar.

Tapi Baron agak kesal karena si klien tidak memberinya uang muka.

Wirya Hari Wicaksana, ternyata orang terpandang seperti dia berjiwa kriminal juga. Buktinya lelaki itu membayar preman untuk menculik Elsa.

"Bagas!"

Laki-laki yang sedang berjalan menuju motornya di pelataran butik dibuat menoleh saat namanya dipanggil.

Dilihatnya seorang perempuan muda yang sedang menuju padanya sambil melempar senyuman manis.

Bagas menghentikan langkahnya dan segera menyambut.

"Kamu mau pulang?" tanya Elsa. Matanya fokus pada lelaki jangkung di depannya.

Bagas mengangguk. "Sudah mau Magrib, aku ingin sholat berjamaah sama Laras dan Ibu di rumah."

Elsa tersenyum. "Jadi, Ibu masih di Jakarta?"

"Iya. Besok Ibu mau kembali ke Solo."

Elsa manggut-manggut.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang