Chapter 53. Berita Kematian Bagas

170 2 0
                                    

Kediaman Pak Danu pukul enam sore.

"Jadi, Bagas mengalami kecelakaan kerja sewaktu bertugas di Kalimantan?"

"Betul, Pak. Menurut informasi, Pak Handoko sudah memindahkan Mas Bagas ke rumah sakit miliknya di kota Solo."

Pak Danu manggut-manggut mendengar penjelasan sekretarisnya yang bernama Jamal.

Jamal datang menemui Pak Danu di rumahnya sore itu. Kebetulan pada saat itu Elsa dan Bu Retno juga sedang berada di rumah. Mereka mendengar kabar yang disampaikan oleh Jamal.

"Pa, aku ingin melihat kondisi Bagas!" Elsa tiba-tiba menyela di tengah keheningan itu.

Bu Retno cuma menoleh ke arah putrinya lalu menatap ke arah Pak Danu. Dia ingin melihat tanggapan suaminya itu.

Pak Danu menatap Elsa. "Kita bisa berangkat ke Solo besok."

Elsa tersenyum puas. Lantas ia menoleh ke arah ibunya. Bu Retno cuma tersenyum menanggapi.

"Lantas bagaimana dengan persiapan sidang? Apa sudah ada keputusan?" Pak Danu bicara lagi pada Jamal setelah hening sejenak.

Jamal mengangguk. "Sidang akan digelar dua pekan lagi. Jika Pak Danu ingin berangkat ke Solo, saya bisa siapkan semuanya."

Pak Danu manggut-manggut. Jamal segera pergi setelah lelaki itu mengibaskan tangannya.

Sidang memang harus digelar. Bila perlu, dia harus memenangkan sidang dan menuntut pihak Pak Wirya untuk membayar denda. Biar tahu rasa orang itu.

Elsa melirik ke arah Jamal yang sudah berjalan meninggalkan ruangan. Dia segera bangkit, lantas berjalan menuju punggung Pak Danu.

"Pa, apa Papa benar-benar ingin menuntut mereka? Elsa rasa itu nggak penting."

Mendengar ucapan Elsa, Pak Danu memutar tubuhnya. Wajah cemas sang putri menyambutnya.

"Elsa, sebenarnya Papa juga tidak mau ada sidang. Tapi si Wirya itu nekat bawa masalah ini ke jalur hukum. Papa tahu ini pasti bikin kamu nggak nyaman."

Elsa mengangguk pelan. Kemudian pandangannya dibuang ke arah jendela. Dari sana ia melihat punggung Jamal yang sedang menuju mobil dinas di pelataran rumah.

Sidang cuma akan membuka aib keluarga mereka. Media akan tahu kalau dia dan Fandi gagal kawin. Semestinya pihak Fandi juga memikirkan hal itu.

Bukan hanya keluarga Elsa saja yang nantinya dapat malu, tapi juga keluarga Fandi.

Sayangnya orang-orang itu tidak punya malu. Jelas saja, karena mereka memang bukan manusia. Bahkan Fandi dan bapaknya itu melakukan hubungan seks dengan perempuan yang sama. Menjijikan!

"Kamu tidak usah pikirin tentang sidang itu. Sudah jelas kita yang bakal menang. Besok pagi kita akan berangkat ke Solo, sebaiknya kamu istirahat sekarang."

Elsa cuma mengangguk sambil tersenyum menanggapi ucapan Pak Danu.

"Papa juga istirahat," ucapnya lalu mundur dari hadapan Pak Danu.

***

"Jadi, orang tua Mas Bagas sudah membawa Mas Bagas meninggalkan rumah sakit?"

Laras sangat terkejut setelah mendengar cerita Johan. Katanya Pak Handoko sudah membawa jenazah Bagas untuk dimakamkan di kampung halamannya, Solo.

Johan mengangguk. "Maafkan saya, Mbak Laras. Pak Handoko melarang saya untuk menunggu Mbak Laras lebih dulu. Mereka segera membawa Bagas pergi."

Laras menggeleng putus asa mendengarnya.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang