Siang itu di lokasi kontruksi tempat di mana Bagas bekerja.
"Tambah lagi, Mas?"
"Sepertinya sudah cukup. Kamu bisa membantu yang lainnya menurunkan bahan bangunan yang baru datang!"
"Baik, Mas!"
Bagas segera berjalan menuju para buruh yang sedang berkumpul di samping mobil yang mengangkut bahan bangunan.
"Kiri! Kiri!"
"Stop!"
Sopir segera turun setelah menepikan mobil. Sementara para buruh segera maju untuk menurunkan ratusan semen yang diangkut.
"Ayo bantu!"
Mandor berseru. Maka para buruh yang sedang berdiri segera maju. Tidak terkecuali dengan Bagas.
Satu demi satu bahan bangunan dipikul oleh para buruh menuju tempat penyimpanan. Dari dalam mobil, Elsa memperhatikan.
Meski cuaca teramat terik, dan perempuan itu sangat sensitif dengan panasnya Matahari Elsa tetap mendatangi lokasi kontruksi.
Pintu mobil dibanting cukup keras. Elsa segera berjalan menuju seorang laki-laki yang sedang mencuci tangan di dekat toilet.
"Ehem!"
Bagas yang sedang bicara dengan rekan kerjanya dibuat terkejut saat seorang perempuan muda menghampirinya.
"Mbak Elsa?"
Elsa tersenyum manis seraya membuka kacamata hitamnya.
"Hai, Bagas."
Bagas menanggapi dengan tersenyum hangat.
"Mas Fandi nggak ada di sini, apa Mbak Elsa tidak kasih kabar dulu kalau mau datang?"
Elsa tersenyum mendengar penuturan Bagas. "Aku kesini bukan mau ketemu Fandi, tapi aku mau ketemu sama kamu."
Bagas sontak terkejut mendengarnya. "Ketemu saya?"
Elsa mengangguk. "Kamu mau 'kan temenin aku makan siang?"
Bagas belum menjawab. Dia merasa sungkan atas ajakan perempuan itu. Dan melihat Bagas diam saja, Elsa berdecak jengah. Lantas dia segera menarik lengan laki-laki itu dan membawanya menuju mobil.
"Kenapa? Kok diem aja? Kamu nggak suka sama makanannya?"
Bagas dibuat terkejut mendengar ucapan Elsa. Perempuan itu membawanya ke sebuah restoran. Sepanjang perjalanan tadi, mereka tidak saling bicara. Bagas masih keheranan dengan sikap Elsa.
"Ah, nggak, Mbak! Makanannya enak, kok! Cuma ..."
"Cuma apa?" Elsa yang gemas segera menyela ucapan Bagas.
Laki-laki itu sedikit kaget. "Saya nggak enak sama Mas Fandi, karena Mbak Elsa mengajak saya kesini," jawabnya ragu-ragu.
Elsa tersenyum. "Ngapain sih mikirin dia? Kita cuma makan siang, nggak ngapa-ngapain! Lagian nanti juga aku bakal kawin sama dia!"
Bagas mengangguk. Dia masih kelihatan tidak nyaman. Elsa cuma tersenyum melihatnya.
"Kamu sendiri gimana? Udah punya calon istri?" tanyanya kemudian.
Bagas mengangkat sepasang matanya. Ia lantas tersenyum. "Bukan calon istri, Mbak. Tapi saya memang sudah punya istri," katanya.
Elsa sangat terkejut mendengarnya. Sorot matanya tiba-tiba meredup seiring senyum di wajahnya yang memudar.
"Oh, jadi kamu sudah menikah?"
Bagas mengangguk. "Iya, Mbak."
"Udah berapa lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...