Chapter 17 - Asal-usul Bagas

258 3 0
                                    

Pagi itu di kantor tempat Fandi bekerja. Reno datang menemui temannya itu setelah Fandi menghubungi.

"Jadi, elo mau batalin pernikahan lo sama Elsa?"

Reno menoleh ke arah punggung seorang laki-laki yang sedang berdiri di tepi garis jendela.

Fandi mengangguk menanggapi pertanyaan Reno tanpa melihat wajah temannya itu. Matanya lurus ke depan memperhatikan para buruh yang sedang bekerja di bawah terik Matahari.

Reno geleng-geleng. "Terus gimana tanggapan orang tua lo nanti? Apa mereka mau terima dengan keputusan lo itu?"

Fandi terdiam. Benar juga apa yang dikatakan oleh Reno.

Orang tuanya tentu saja tidak akan setuju jika dia membatalkan rencana pernikahannya dengan Elsa. Namun, hubungan ini benar-benar membuatnya tersiksa.

"Gue udah siap untuk menerima apa pun resikonya nanti," jawabnya kemudian.

Reno geleng-geleng. Dia menyayangkan keputusan Fandi.

Elsa gadis yang cantik, terpelajar dan berasal dari keluarga terhormat di Jakarta. Pastilah banyak laki-laki mapan yang ingin memperistrinya.

Akan tetapi, hanya Fandi yang tahu mana yang terbaik karena dialah yang akan menjalaninya.

Setelah bicara banyak pada Reno tentang semua masalahnya, Fandi jadi tampak murung.

"Daripada lo pusing begitu gimana kalo gue kasih saran?"

Reno bicara lagi setelah dia dan Fandi berdiri di tepi balkon kantor. Sambil menikmati batang rokoknya, kedua laki-laki itu kembali berbincang.

Fandi menghembuskan asap rokoknya ke udara. Matanya lurus ke depan memperhatikan para buruh yang sedang berada di atas gedung yang sedang di bangun.

Ada Bagas juga di sana. Lelaki itu tampak giat sekali bekerja meski cuaca sangat panas.

Fandi geleng-geleng lantas menjawab  Reno dengan acuh tak acuh. "Saran apaan? Jangan aneh-aneh deh!"

Reno menyeringai. Dia lantas mendekat pada Fandi seraya memperlihatkan layar ponselnya.

"Nih gue punya link gacor yang bisa bikin elo melupakan masalah lo sama si Elsa!"

Fandi mengernyit. "Judi online maksud lo? Gila!"

"Bukan! Makanya nih lihat dulu!" Reno segera membuka suatu situs yang biasa ia kunjungi.

Itu situs dewasa. Di dalamnya terpampang banyak foto-foto perempuan berbagai gaya dan rupa. Fandi tercengang melihatnya.

"Maksud lo apaan suruh gue lihat situs begituan?" ucapnya dengan wajah kesal.

Reno terkekeh. "Ya, kali aja lo lagi butuh asupan biologis!"

Fandi masih tampak kesal.

Merasa gurauannya tidak mampu menghibur Fandi, Reno pun menepuk bahu temannya itu.

"Jangan terlalu melankolis lah! Elo juga butuh hiburan biar nggak stres!"

Fandi terdiam. Kemudian dia melirik ke arah Reno lantas berkata, "Kirim link nya ke gue."

Reno terkejut sesaat sebelum kemudian tertawa sambil menepuk bahu Fandi.

"Gitu dong!"

Fandi cuma memasang wajah bosan. Tak lama kemudian seorang mandor memasuki ruangan.

"Maaf, Pak Fandi. Ada yang ingin bertemu sama Pak Fandi!"

"Siapa?"

"Katanya dari Solo."

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang