Fandi mulai terjaga dari tidurnya. Ia sangat terkejut saat melihat sosok perempuan yang sedang duduk di sofa.
Elsa membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah, "Hai, Fandi. Bagaimana kabar kamu?"
Fandi mencengkeram tepi ranjang. Dia segera bangkit lalu melotot pada Elsa. "Ngapain kamu di sini? Puas kamu sekarang, hah?!" gertaknya penuh emosi.
Elsa tersenyum remeh menanggapi. Dia lantas bangkit dan segera menuju pada seorang lelaki yang sedang duduk di tengah ranjang pasien.
"Fandi, mestinya kamu tidak melakukan hal yang bodoh sampai berakhir di rumah sakit ini," ujar Elsa dengan sinis setelah ia berdiri di hadapan Fandi.
Lelaki itu mendengus kesal. Segera ia mencabut jarum infus dari lengannya lalu beringsut dari ranjang. Elsa cuma memicingkan alisnya saat lelaki itu mendekat.
"Kamu dan Bagas, kalian sengaja bersekongkol, kan?! Dasar perempuan murahan kamu, Elsa!" Fandi menunjuk-nunjuk muka Elsa dan menghinanya.
Plaak!
"Tutup mulut busuk kamu itu!"
Elsa tidak tinggal diam saat lelaki itu berkoar sesuka hati. Dia pun segera menampar Fandi.
"Kamu ..."
"Apa?"
Fandi segera menurunkan tangannya yang sedang menunjuk wajah Elsa. Dia lantas memalingkan muka lalu mundur dari hadapan perempuan itu.
Elsa melipat kedua tangannya di depan dada. Ia lantas berkata sambil menatap punggung Fandi, "Aku kesini bukan mau cari ribut sama kamu. Aku cuma mau tanyakan Laras. Perempuan itu tidak pulang sejak kemarin. Aku yakin kamu tahu di mana Laras."
Mendengar penuturan Elsa, Fandi sangat terkejut. Ia menoleh langsung. Elsa menanggapi dengan ekspresi jengah.
"Laras hilang?"
Elsa tidak menjawab. Matanya dipalingkan dari tatapan Fandi. Dia sibuk membersihkan kacamata hitamnya dengan sapu tangan.
"Kalo kamu nggak tahu di mana dia lebih baik aku pergi. Buang-buang waktu aja," ucapnya dengan sinis sambil mengenakan kacamatanya.
Fandi yang kesal segera mencekal lengan Elsa dan menahan langkah perempuan itu. "Aku nggak tahu di mana Laras, tapi mungkin Frans tahu di mana dia."
Elsa mengernyit, "Frans?"
Sementara itu di kantor Pak Wirya. Terlihat dua orang lelaki yang sedang duduk berhadapan di tengah ruangan.
"Jadi, laki-laki bernama Bagas itu suaminya Laras?"
"Betul, Pak. Bagas juga yang sudah memukuli Mas Fandi kemarin."
"Blegedes!"
Pak Wirya segera bangkit dari sofa. Lantas dibawa emosinya itu mencapai tepi garis jendela.
"Saya punya informasi lagi," ujar lelaki di belakangnya.
Pak Wirya menoleh, "Apa itu?"
"Saya tahu orang yang bisa bantu Anda untuk menghabisi si Bagas tanpa mengotori tangan Anda."
Pak Wirya menyipitkan matanya menanggapi ucapan lelaki itu.
Setelah kepergian lelaki itu, Pak Wirya segera meninggalkan kantor dan menuju rumah sakit. Dia terkejut karena Fandi sudah meninggalkan rumah sakit. Padahal dia punya rencana bagus yang akan ia sampaikan pada sang putra.
"Seorang perempuan datang menemui Mas Fandi dua jam yang lalu. Kemudian mereka meningglkan rumah sakit."
"Blegedes!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...