Brak!
"Jadi maksud Anda, saya harus kasih 1 M baru bisa menikahi Laras?!"
Fandi naik pitam setelah mendengar ucapan Frans. Matanya melotot merah mengincar wajah lelaki di depannya itu usai menggebrak meja.
Frans cuma tersenyum. Mukanya tenang-tenang saja. "Ya memang begitu yang tertulis di kesepakatan kontrak kita, kan? Kok situ mesti marah-marah?" katanya dengan santai. Sambil mengusap-usap dagunya, dia melirik ke arah dua orang pengawal yang sedang menunggu perintahnya.
Jikalau Fandi mau bertindak macam-macam, ya dia tinggal suruh para bodyguard itu untuk menghajarnya. Apa yang mesti ditakuti?
Fandi mengepalkan buku-buku jemarinya penuh emosi. Ingin rasanya dia menghantam wajah Frans yang sedang cengengesan itu.
"Jangankan 1 M, berapapun yang Anda minta akan saya turuti asalkan Laras tidak lagi melakukan transaksi dengan klien lain," desis Fandi. Dia menunjuk muka Frans dengan tatapan sengit.
Frans manggut-manggut. "Saya akan dengan senang hati menerima tawaran Anda," ucapnya lalu tersenyum.
Fandi mendengus kesal. Dia segera membuang muka dari Frans, lantas melenggang pergi.
"Dasar tolol! Dia pikir bisa kasih gue duit satu Em! Dasar sinting!" Frans geleng-geleng.
Berapapun yang Fandi berikan tidak akan pernah bisa membeli Laras. Dikarenakan perempuan itu merupakan tambang emasnya. Frans tidak akan melepaskan Laras begitu saja.
"Tom, cepet telepon si Jarwo! Bilang kalo si Laras nggak boleh lama-lama. Satu jam mesti kelar! Abis itu dia mesti menemui klien selanjutnya."
"Beres, Mas!"
Frans tersenyum puas sambil menikmati batang rokoknya. Sementara Tomi bergegas menjalankan perintah.
"Kamu pikir, saya Sudi menyentuh tubuh kamu yang kotor itu?! Najis bagi saya."
Laras berlinangan air mata mendengar penuturan lelaki paruh baya yang sedang berdiri membelakanginya.
Tubuh Laras terlentang di tengah ranjang tanpa sehelai benang pun. Dia sudah melucuti pakaiannya karena perintah lelaki itu. Namun Pak Handoko tidak menyentuhnya sama sekali.
Lelaki itu segera meninggalkan Laras yang sudah tergolek pasrah di tengah ranjang. Kini Laras paham, jika bukan tubuhnya yang Pak Handoko inginkan.
Lelaki paruh baya dengan stelan jas hitam itu bicara lagi. Matanya enggan melirik ke arah perempuan muda yang sedang terlentang pasrah di belakangnya.
"Asal kamu tahu saja, Bagas masih hidup. Dia berada di Solo saat ini. Tapi haram untuk kamu menemuinya."
Laras sangat terkejut mendengarnya.
Apa?
Jadi Mas Bagas masih hidup?
Pak Handoko melanjutkan, "Saya sengaja menyuruh Johan untuk membohongi kamu. Namun saya pikir lagi, sepertinya itu tidak efektif untuk memisahkan kamu dengan Bagas. Maka sekarang saya menunjukkan posisi kamu! Kamu cuma seorang pelacur! Kamu tidak pantas menjadi istrinya Bagas dan memasuki rumah saya sebagai seorang menantu!"
Laras tersentak mendengarnya. Tangannya mencengkeram kedua sisi alas kasur kuat-kuat. Kejam betul apa yang sudah bapak mertuanya itu perbuat.
Pak Handoko nekat mengirim orang untuk menekan kontrak dan membooking dia seharga dua ratus juta. Namun apa yang Laras alami hari ini lebih biadab daripada perlakuan seorang klien padanya.
Bapak mertuanya itu sudah melihat seluruh tubuhnya yang polos. Kini Pak Handoko sedang menghinanya habis-habisan. Bahkan tidak hanya itu, dia juga sudah berbohong tentang kematian Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...