Chapter 65. Kedatangan Purwanti

112 5 0
                                    

"Sialan!"

Pak Wirya terlihat sangat marah saat keluar dari pengadilan. Dua orang sekretaris cuma menekur takut sambil mengikuti langkahnya menuju mobil.

Dari arah berlawanan tampak Pak Danu bersama sekretaris dan pengacaranya. Melihat lawannya itu, Pak Wirya melempar tatapan sinis.

"Seneng kamu sekarang, kan? Ujug-ujug dapat duit lima ratus juta! Mimpi apa kamu, Danu?" celoteh Pak Wirya dengan acuh dan congkak.

Pak Danu tersenyum. "Apa mesti saya naik banding untuk menuntut kamu lagi atas perilaku kurang menyenangkan?"

Pak Wirya terkesiap. "Blegedes!" cercanya lantas segera pergi.

Sambil berdiri Pak Danu memandangi punggung lelaki itu menuruni undakan anak tangga pengadilan. Dia berharap tidak lagi berurusan dengan orang semacam Pak Wirya.

"Kita pulang sekarang," ujarnya lantas segera melanjutkan langkah.

Dua orang di belakangnya segera mengangguk dan mempersilahkan Pak Danu menuruni anak tangga menuju mobilnya.

Sementara itu di kediaman Pak Handoko. Purwanti tidak mau makan dan kukuh ingin menemui Bagas ke Jakarta. Ucapan suaminya tentang Laras yang katanya seorang pelacur sudah melukai hati Purwanti.

Pak Handoko yang amat menyayangi istrinya berusaha meyakinkan Purwanti. Namun sia-sia saja. Purwanti tidak percaya dan tidak mau mendengarnya.

"Ibu tahu kalo Bapak tidak suka sama Laras, tapi tidak perlu juga Bapak menghinanya! Bagaimana juga Laras itu istrinya Bagas, menantu kita!" Purwanti terus menangis.

Pak Handoko yang sedang berdiri di tepi garis jendela kamar cuma memejamkan mata seraya mengepalkan tangan. Entah harus bagaimana lagi ia jelaskan pada istrinya tentang Laras.

Dia tak ingin Purwanti jatuh sakit kalau mengetahui yang sebenarnya. Sementara Triatno juga belum kembali dari Jakarta.

"Bu, aku tidak mau kamu sakit. Jadi, berhentilah memikirkan Bagas. Ada orang kepercayaan Bapak yang selalu mengawasi Bagas di Jakarta. Ibu tidak usah kuatirkan dia," ujar Pak Handoko.

Purwanti menahan tangisnya lalu menoleh ke arah punggung lelaki di depannya. "Aku cuma ingin memastikan kalau Bapak sudah salah menilai Laras," katanya lirih.

Pak Handoko menahan nafas barang sejenak lalu berkata, "Terserah Ibu saja."

Purwanti segera membuang muka. Kemudian dia bangkit dan langsung meninggalkan kamar.

"Siapkan mobil, saya mau ke Jakarta sekarang juga!"

Pak Handoko hanya terdiam mendengarnya. Dia tidak bisa membiarkan Purwanti pergi seorang diri ke Jakarta.

"Tri, kamu masih di mana?"

"Saya sedang di stasiun, Pak!"

"Kamu tetap di Jakarta dan awasi Ibu Purwanti. Dia ngeyel mau pergi ke Jakarta malam ini juga."

"Apa, Pak?!"

Triatno sangat terkejut mendengar ucapan Pak Handoko lewat sambungan ponselnya. Bu Purwanti mau ke Jakarta?

***

Pagi itu Bagas sudah bersiap-siap. Rencananya dia mau ke butik Elsa dan menerima tawaran perempuan itu untuk bekerja sebagai security di butiknya.

Di Jakarta cari kerjaan sangat susah. Bagas pikir sebaiknya dia terima saja tawaran Elsa dan bekerja padanya sementara waktu.

Laras meletakkan secangkir kopi panas di atas meja. Matanya melirik ke arah Bagas yang sedang mengenakan sepatunya sambil duduk di sofa.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang